Remake: Karir di Dunia Modeling


Chapter I


“Hi kenalin nama gue Harris.”

“Ah? Nama gue Valerie.”

Menyilangkan tangan kiri di depan dada, aku berusaha menutupi bagian depan tubuhku yang tidak tertutup. Berusaha untuk tidak menunjukan payudaraku, aku mengulurkan tangan sambil berjabat tangan. Ini mungkin menjadi pertemuan pertamaku dengannya namun setelah beberapa obrolan singkat aku rasa dia mungkin cowok yang cukup menarik baik secara fisik maupun secara kecerdasan.

Harris kemudian duduk bersantai dan menutupi matanya dibalik kaca mata hitam, berbeda denganku yang memutuskan untuk masuk ke dalam air dan berenang. Setelah beberapa putaran aku berhenti dan melihat pandangannya yang selalu tertuju padaku yang mustahil dia tutupi. Aku memutuskan untuk pergi beristirahat dan naik ke atas permukaan tanpa memperdulikan kondisiku yang topless mengingat keadaan swimming center ini sedang sepi.

Aku memutuskan untuk duduk bersantai di sebelahnya sambil minum cocktail yang sebelumnya kupesan. Setelah beberapa perbincangan itu aku lebih jauh mengenalnya lebih dalam. Dia menceritakan pekerjaannya sebagai fotografer untuk sebuah produksi majalah ternama dan secara kebetulan aku bekerja sebagai model profesional di sebuah agensi dan bahkan dia menawariku untuk mencoba tampil di sebagai salah satu model untuk volume selanjutnya. Meskipun terdengar menjanjikan aku harus membicarakannya dulu dengan manajerku.

“Ris lo gak berenang?” tawarku kepadanya.

“Gue kayaknya masih mau nyantai dulu. Eh?”

Di saat dia membuka ponselnya matanya kembali terpaku ke arah tubuhku. Bukan tanpa alasan, aku mulai menurunkan bikiniku dan memamerkan tubuh telanjangku di depannya. Memalingkan wajahku aku memberikan senyuman dan jentikan mata yang seolah-olah mengajaknya masuk. Memahami clue dariku dia langsung berdiri dan masuk ke dalam air mengikutiku dari belakang.

image.png

“Aahh.. ahhh.. Riss! Ahh..”

Mendesah dan merintih, aku hanya bisa pasrah merasakan batang penisnya yang dia hentakan ke dalam tubuhku yang membuat diriku terbuai. Batangnya yang panjang dan besar itu terasa memenuhi rongga tubuhku dan dia terus menghentakannya maju dan mundur.

Remasan tangannya di payudaraku serta lidahnya yang dengan lihai menjilati leherku membuatku terangsang. Tubuhku terasa begitu panas dan bergairah. Melihat respon dariku dia mempercepat ritme hentakannya dan membiarkan penisnya melesak jauh ke dalam vaginaku.

“Ahh fuckk.. lo enak banget Val! Shitt ahh..”

Tangannya begitu kuat mendekap tubuhku dari belakang. Tubuhku yang basah dengan keringat bersentuhan langsung dengan tubuhnya yang terasa begitu kokoh. Payudaraku terus berayun seiring gerakan pinggulnya. Mengangkat tubuhku, posisi kita berganti dengan diriku berada di atas membiarkanku mengatur percintaan ini.

Perasaan nyeri, geli, nikmat aku rasakan setiap kali penisnya bergerak masuk. Vaginaku yang sudah basah oleh cairan kewanitaanku membuat penisnya yang licin dengan mudah bergerak masuk dan keluar. Aku sudah tidak tahu berapa kali aku mengalami orgasme, pikiranku sudah melayang jauh.

“Aaahh.. ahhh..”

“Fuck gue mau keluar!”

“Aahh..”

Harris semakin cepat menggerakan penisnya keluar masuk ke dalam vaginaku. Suara hentakan pinggulnya serta desahan yang keluar dari mulutku membuat suasana kamar ini begitu ramai dan begitu panas. Mempercepat ritme hentakannya, dia sudah mencapai klimaks.

“Fuckk gue keluaar.. aghh!”

“Ahh.. mmpphhh..”

Crott.. Crott.. Crott..

Menarik penisnya keluar dari vaginaku, dia langsung mengarahkannya tepat ke dalam mulutku. Memaju mundurkan kepalaku, aku bisa merasakan penisnya berkedut disusul oleh tembakan air maninya yang keluar di dalam mulutku. Melepaskan mulutku dari penisnya, aku menelan habis maninya yang terkumpul di dalam mulutku.

Kita berdua langsung berbaring dan beristirahat. Tubuh kita terasa begitu lelah setelah percintaan sebelumnya. Melirik ke arahnya dia langsung tertidur dan aku langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci mulut dan menyikat gigi sebelum naik ke atas ranjang dan tidur bersamanya di balik selimut.

Pertemuan singkat secara tidak sengaja itu berakhir dengan kita berdua menginap bersamanya. Semalaman kita habiskan untuk bercumbu dan sudah tidak terhitung berapa kali kita melakukan seks dan mencapai orgasme.

Aku dan Harris sudah menjalin hubungan semakin dalam dan intim, bisa dibilang kita melakukan hubungan FWB (Friends With Benefit) dimana kita bisa bercinta tanpa menjalin relationship romantis yang serius. Sejak saat itu kita sering meluangkan waktu untuk bercinta setelah kesibukan kita masing-masing baik di apartemennya maupun memesan kamar.

“Beneran disini gapapa? Gak ketahuan security?” tanyaku kepada Harris.

“Santai aja Val, sama mantan gue aja belum pernah ketahuan,” balasnya.

“Belum bukan berarti engga kan?”

“Haha tenang aja, nanti biar gue suap tuh orang! Mphhh..”

Bibirku dilumat olehnya dan pakaianku yang sudah berantakan ini dia lucuti satu per satu meninggalkan tubuhku yang telanjang. Meskipun aku senang dan bergairah ketika melakukan aksi eksibisionis, bercinta di ruang publik merupakan yang pertama bagiku dan jantungku terus berpacu apalagi kita sedang bercinta di area basement di pusat perbelanjaan ternama.

Kita melompat ke kursi belakang dan menurunkan sandaran hingga posisi paling rendah. Bertumpu pada plafon mobil, Harris mulai menggerakan pinggulnya ke atas dan bawah. Kondisi mesin mobil yang mati dan udara yang panas membuat tubuh begitu basah oleh keringat yang membuat suasana semakin intens.

Penisnya dia hentakan naik dan turun yang membuat suspensi mobil bergerak. Meskipun aku menikmati seks di tempat publik seperti ini, mataku sesekali melirik keluar memperhatikan ketika seseorang melintas.

Meyakinkan diriku kalau suasana aman dan tentu saja membiarkan diriku untuk menikmati ini, Harris menurunkan jendela membiarkan tubuh telanjang kita berdua dapat terlihat ketika orang melintas. Rasa cemas, penasaran, dan tertantang membuatku semakin bersemangat memacu penisnya, aku semakin aktif bergerak dan membiarkan desahan keluar dari mulutku.

“Aahh.. ahhh.. ahh..”

Aku terus mendesah seiring hentakan penisnya yang dipacu semakin cepat serta gigitannya di area leherku. Di saat inilah kita dikejutkan oleh bunyi alarm kunci mobil dan kita langsung bersembunyi menunggu orang itu keluar sebelum kita melanjutkan aksi vulgar kita kembali.

“Fuck gue keluar!”

Setelah beberapa saat Harris mencapai klimaksnya dan menyemprotkan air maninya ke atas perutku. Mobil dinyalakan serta seluruh jendela ditutup rapat. Mengambil tisu aku membersihkan sisa air maninya dan cairan kewanitaanku yang membasahi permukaan jok. Setelah beristirahat kita kembali berpakaian dengan aku mengenakan dress dengan tali di pundak serta potongan dada yang rendah.

“Tuh kan lo asal main cupang aja? Ngebekas nih, susah tau kalau harus ditutupin foundation,” kataku dengan nada kesal.

“Sorry-sorry, lagian gak keliatan kok. Kan rambut kamu panjang.”

Melihat ke arah cermin aku bisa melihat bekas gigitan di area leherku yang terlihat begitu kontras dibandingkan kulitku yang putih. Meskipun aku mencoba menutupinya dengan bedak dan foundation, cupangan itu masih samar terlihat. Selain masalah bekas cupangan aku juga terus menyemprotkan parfum berharap bau sperma ini dapat tertutup oleh wewangian yang kupakai.

Pintu mobil terbuka dan seketika aku menyadari kalau aku belum memakai celana dalam. Menyalakan lampu kabin aku mencari kemana celana dalamku dan Harris yang terlihat begitu lantas bertanya.

“Lo nyari apaan dah?”

“Ini celana dalam gue, di bawah kursi lo gak?”

“Sebentar gue cari .. idih udah basah gini mau lo pake?”

“Ihh.. gara-gara kamu kan itu, yaudah lah gue gak usah pake.”

Harris berjalan ke pintu baris kedua dan mencarinya di bawah kursi. Setelah itu dia berhasil menemukannya dan menunjukan harta temuannya kepadaku. Celana dalam itu terlihat oleh basah oleh cairanku sendiri ketika kita sedang berada di jalan dan Harris menggesekan jarinya kedalam vaginaku yang membuatku mengalami orgasme.

Melihat celana dalam itu yang basah membuatku merasa malas menggunakannya dan memilih untuk tidak memakainya. Karena aku tidak memakai celana dalam berarti aku berjalan ke dalam pusat perbelanjaan tanpa memakai daleman sama sekali karena aku sedang memakai nipple cover yang menutupi putingku.

Mengikuti Harris dari belakang, aku berhati-hati untuk menjaga dressku untuk tidak terbuka mengingat dressku saat ini sangat pendek dan menunjukan setengah pahaku. Ketika berada di eskalator aku meminta Harris untuk berada di belakangku untuk menutupi apabila pantatku terlihat, setelah perjuangan itu kita akhirnya sampai di supermarket untuk mencari keperluan.

Sepanjang kita berjalan aku bisa melihat pandangan cowok yang terus mereka arahkan kepadaku. Mata-mata mereka terus melirik tubuhku dari ujung rambut hingga kaki yang membuat mereka dimarahi oleh pasangannya. Meskipun aku senang dan terhibur namun aku harus sadar kalau berarti pakaianku saat ini sangatlah terbuka.

Kita bergerak menyusuri lorong ke lorong untuk mencari barang yang kita butuhkan. Ketika berada di lorong yang sepi dan tidak ada cctv, Harris memintaku untuk sedikit memamerkan tubuhku seperti menunjukan payudaraku atau mengangkat dressku. Beberapa kali jarinya dengan nakal bergerak dan menyusuri pahaku sampai menyentuh vaginaku yang membuatku mendesah. Rasanya libidoku kembali naik dan untung saja kita sudah sampai di kasir.

“Kak ada sutra gak? Ehh.. kita kan keluar di dalem ya sayang,”

“Ssttt.. iya kak itu sudah semua,” balasku berharap pembayaran cepat selesai dan menghindari lirikan semua orang.

Selesai membeli barang kebutuhan kita langsung memutuskan untuk pulang ke apartemen Harris. Di sepanjang perjalanan aku kembali digoda olehnya dan dia memintaku untuk kembali lagi telanjang di dalam mobil. Mengingat kondisi malam yang gelap dan muncul rintik hujan, aku mengiyakan keinginannya dan kembali bertelanjang dada sampai tiba di apartemen. Tentu saja malam kita kembali lagi bercinta dengan panas.

Berjalan menyusuri toko-toko yang berderetan, sesekali kita masuk dan melihat apakah ada barang yang menarik untuk dijadikan souvenir atau barang koleksi. Tidak sepertiku, Harris terlihat bosan ketika harus keluar masuk ke dalam toko dan keluar tanpa membeli sesuatu. Setelah menghabiskan waktu dengan berbelanja kita memutuskan untuk beristirahat dan bersantai di cafe yang tidak jauh dari pantai.

Hampir satu bulan berlalu sejak pertemuanku dengan Harris dan hubungan kita semakin dekat dan dalam. Mengingat adanya libur panjang tanggal merah aku memutuskan untuk rehat sejenak dari kesibukan di ibu kota dan berlibur keluar pulau untuk dapat bersantai dan mengajak Harris untuk ikut bersamaku. Secara kebetulan dia sedang tidak ada job dan menerima tawaranku untuk berlibur bersama.

“Ris fotoin gue dong!”

“Lagi?”

Seperti kebanyakan cewek, aku tidak menyia-nyiakan momen ini dan mengabadikannya ke dalam foto untuk diunggah di media sosial pribadiku. Karena Harris sedang menganggur dan tidak ngapain-ngapain, aku menjadikan dirinya sebagai fotografer pribadiku. Pada awalnya dia setuju namun setelah banyaknya foto yang kuminta dia akhirnya merasa capek dan malas.

image.png

Selesai makan kita memutuskan untuk bersantai dengan berjalan di area cafe yang luas ini. Seperti biasa aku meminta Harris untuk memotretku di beberapa tempat yang bagus untuk dijadikan latar.

“Kakak selebgram ya?”

“Eh? Engga kok aku orang biasa.. maksudnya bukan selebgram.”

“Tapi kakak cantik banget udah kayak model. Mau minta foto.”

“Sini.”

Beberapa orang datang ke arahku dan meminta berfoto bersama. Mereka memberikan pujian yang membuatku merasa tersanjung dan bahagia menyadari betapa beruntungnya diriku memiliki penampilan yang cantik. Tidak hanya cewek beberapa cowok mencoba berfoto bersamaku namun mereka menjadi malu atau bahkan takut karena mengira Harris adalah pacarku.

“Val kita balik ke hotel yuk.”

“Lah kenapa masih belum terlalu sore nih.”

“Gue males moto-moto, yuk pulang sekarang lo keringetan banget lagian.”

“Oh ya?”

Aku merasa bersemangat tanpa menyadari tubuhku begitu basah karena keringat yang terus menetes dari permukaan kulitku. Cuaca saat ini memang terasa jauh lebih panas dari biasanya ditambah kita terus menghabiskan waktu diluar ruangan yang membuat kita terus berkeringat.

Daripada panas-panasan dan mendengar gerutu darinya, kita memutuskan untuk kembali pulang ke hotel dan memilih bersantai di sana. Sesampainya di kamar kita langsung melepas pakaian kita dan langsung berbaring di atas ranjang untuk beristirahat.

Hari beranjak sore dan cuaca sudah tidak begitu panas, aku dan Harris memutuskan keluar dari kamar dan bersantai di area kolam renang. Tidak sepertiku Harris seperti biasanya lebih menyukai untuk duduk bersantai dibandingkan diriku yang memilih untuk melompat ke dalam air dan membasahi tubuhku dengan berenang.

Area kolam renang yang sepi membuatku bisa melakukan beberapa putaran dengan bebas. Aku kembali berenang ke arah Harris yang sedang membasahi kakinya di area yang dangkal. Melihat ke arah dirinya aku menjadi ingin menggodanya.

“Daripada cuman basahin kaki kenapa engga berenang aja?”

“Ah gue sebenernya lagi gak bawa banyak baju gan-ti..,” ucapan Harris terpotong dan diam ketika melihat aksiku.

Mengikat rambutku ke atas, Harris tampak terkejut bukan karena gerakanku yang menggoda melainkan karena aksiku untuk melepas tali ikatan celana dalamku yang membuatnya bisa melihat vaginaku. Harris tidak melanjutkan perkataannya dan hanya melihat aksi nakalku ketika memamerkan bagian tubuh pribadiku.

image.png

“.. yaudah kalau gak mau, aku mau lanjut berenang.”

Membalikan tubuhku dari hadapannya aku langsung meluncur ke depan dan otomatis celana dalamku terlepas dan menunjukan pantatku yang telanjang. Aku melakukan beberapa putaran dan melakukan renang gaya yang mengangkat pantatku ke atas permukaan air yang membuatnya bisa melihat dengan jelas.

Beberapa saat kemudian aku berhenti dan berdiri tanpa mencoba menutupi area selangkanganku dan begitu terkejut karena di depanku bukanlah Harris melainkan staf hotel yang sedang melintas. Dengan cepat aku menutupi selangkangan walaupun sudah terlambat, apalagi celana dalamku yang terlihat mengambang bebas yang menunjukan kalau aku sedang bottomless.

“M-maaf kak, ini refreshment sebagai complimentary hotel serta handuknya.”

“A-ah iya mas. S-simpen di kursi aja biar saja ambil..”

Tidak hanya diriku sepertinya dia sama terkejutnya ketika menyadari kalau aku sedang tidak memakai bawahan. Rasanya begitu memalukan, untung saja staf hotel itu langsung berjalan pergi meninggalkanku yang diam mematung.

image.png

Mengambil celana dalam yang sedang mengambang, aku mencoba memakainya kembali dan sekali lagi dikejutkan oleh seseorang yang melompat masuk dari belakang. Tidak hanya mengagetkanku dia juga langsung memelukku, melirik ke arah belakang aku bisa melihat Harris yang sudah mengganti bawahannya tanpa ngomong lebih dahulu.

“Ih lo kok tiba-tiba ngilang sih.”

“Lah gue kan udah ngomong kalau gue mau ganti celana dulu, ini gue juga pakai kolor yang kemarin gue pakai semalem.”

“Dih jorok banget, gue mau naik ke atas.”

“Lah kok tiba-tiba pergi, lagian wajah lo kok merah gitu.”

“Udah.. ehh Riss!”

Sebelum aku bisa naik ke atas tubuhku ditarik olehnya ke dalam air, tidak hanya itu celana dalamku sekali lagi diturunkan olehnya. Tanganku bergerak mendorongnya dan merasakan sesuatu yang keras dari bawah dan tidak lain adalah penisnya.

Setelah melirik ke arah sekitar Harris mendorongku ke dinding kolam dan mengarahkan penisnya ke dalam vaginaku. Rasanya cukup aneh ketika penisnya bergerak masuk ke dalam vaginaku bersamaan dengan air yang ikut terdorong.

Memaju mundurkan pinggulnya, penisnya perlahan bergerak keluar masuk ke dalam vaginaku. Tangan Harris tidak tinggal diam dan meremas dadaku dari balik bra bikini yang kukenakan.

“Nanti kalau ada orang lo langsung nyelem ya.”

“Mmmpphhh..”

Ucapanku tersumpal oleh penisnya yang berada di dalam mulutku. Menggerakan kepala maju dan mundur, aku memanjakan penisnya ke dalam mulutku dengan permainan lidahku menyusuri batang penisnya.

Sebenarnya rasa tidak enak ketika mengulum penis yang basah, apa lagi basah karena air kolam renang. Dibandingkan mengulum penis ini lebih seperti meminum air kaporit. Aku terus bergerak maju dan mundur sampai Harris mengatakan ada orang yang lewat dan membuatku harus menyelam dan menutupi selangkangannya.

“Aahh gue keluar Val..”

Tidak butuh lama sampai Harris mencapai klimaks dan ejakulasi di dalam mulutku. Aku melompat naik dan mengambil handuk di atas meja dan menyeka wajahku. Tidak lupa aku menghabiskan refreshment drink itu untuk menyegarkan mulutku dari air kaporit dan air mani darinya. Sore beranjak malam dan setelah menyelesaikan makan malam kita kembali masuk ke dalam kamar dan langsung memulai ritual malam kita.


EPISODE 2

DOWNLOAD VIDEO MESUM TERBARU