Seperti pada judul, saya hanya menuliskan kisah yang nubie alami yang tentunya berhubungan dengan balas dendam. Jadi saya mohon maaf kiranya ada cerita nubie yang menyinggung ????
Aku adalah Gustam yang tentu saja itu bukan nama yang sebenarnya kalian pasti mengerti sebabnya. Aku lahir di Kabupaten D, Jateng keturunan Jawa Tulen dengan perawakan tinggi badan 180, bobot 73 kg, berkulit sawo matang (ini beneran soalnya sudah saya bandingkan sendiri dengan kulit sawo yang sudah matang ????) dari keluarga biasa saja dan berwajah biasa saja. Dalam kisah ini akan ku ceritakan ceritaku yang mengubah aku sampai sekarang.
Bagian I: Devi
"ting" bunyi notifikasi dari hape android murahku berbunyi yang seketika membuatku menghentikan lamunanku akan hari-hari esok.
"maaf baru bisa WA sekarang" pesan dari seorang wanita yang tiga hari lalu menunda jawabannya atas perasaan yang sudah lama ku pendam, Devi.
"iya, gapapa aku udah tau kok kamu udah ada yang punya" jawabku yang meskipun tampak yakin padahal hanya sebuah tebakan sembrono.
"maaf banget, aku belum sempet ngomong ke kamu tapi kamu malah udah nembak aku, dia nembak aku sore sebelum malemnya kamu dateng ke kos " jawabnya ringan.
aku hanya membaca WA itu dari popup layar utama, tanpa ku buka langsung aku hapus chat tersebut.
Devi ku kenal ketika aku baru lulus SMA padahal dia seangkatan denganku, tapi karena aku harus menunggu setahun untuk bisa kuliah maka dia menjadi seniorku di kampus meskipun kami beda fakultas. Karena merasa tidak banyak kawan yang ku kenal di kampus ternama ibukota Jateng itu, maka awal-awal masa perkuliahan dengan dia lah aku sering jalan sampai akhirnya aku merasakan cinta untuk yang kedua kalinya (yang pertama gausah dibahas, gak ada "adegan" yang cocok masuk forum ini ????).
Sekian malam berlalu, sekian bulan berganti aku yang merasakan patah hati untuk pertama kalinya pun peerlahan membaik dengan dorongan teman-teman baru dan alkohol. Aku yang barupun bangkit dari keterpurukan. Seminggu kemudian Devi menanyakan kabarku dan akhirnya pesan kami pun berbalas, candaan dan romansa yang dulu pernah terjalin kembali terulang, kemudian pada satu waktu di akhir semseter 2..
"aku pingin streaming film ik, kosku gak ada wifine tapi, aku nginep kosmu boleh?" tulisnya di chat WA.
"yakin gakpopo? aku emoh nganter pagi-pagi tapi" balasku mengiyakan tapi dengan gaya jual mahal.
"oke otw ngegrab, tunggu di luar" timpalnya lagi
pesan itu hanya ku baca dan ku tunggu dia sambil membakar rokok di motor yang ku parkir depan pintu kos.
Sekitar 10 menit kemudian dia sampai sambil membawa tas ransel di punggungnya.
"arep piknik mbak?" kataku meledek
"ora mas, mau nonton bioskop. AYO AH!" jawabnya sambil memukul punggungku
Rokok yang sudah hampir sampai filternya itupun aku sentilkan ke halaman luar kos sambil berlalu masuk ke kamar diikuti oleh Devi di belakangku.
"kamarmu kok rapi terus to? aku aja cewek gak serapi iki" cletuknya sembil tolah toleh mengawasi ruangan.
"lebaymu, wes ki cari dewe ya film e aku meh keluar sek bentar" jawabku setelah menyiapkan laptop sambil berlalu pergi.
"arep kemana e?" tanya Devi
"indomaret bentar" jawabku sambil berlalu
Menuju indomaret yang tak jauh dari kosku.
Ku beli beberapa makanan ringan dan minuman rasa-rasa untuk dia dan air mineral 1,5 liter untuk jaga-jaga dia tidak doyan air galon isi ulang.
"loh jare arep nonton film, piye to?" tanyaku sepulang dari indomaret sedang mendapatinya mengikir kuku kaki.
"hehe nungguin mase, aku moh nonton dewe" jawabnya smabi berdiri masuk ke kamar.
Setelah ku taruh beberapa cemilan dan minuman di meja samping laptop aku keluar untuk mandi karena badan rasanya sungguh tidak nyaman seharian sibuk kegiatan di kampus.
"kemana lagi?" tanyanya protes
"adus, awakku pliket sedino rung adus" jawabku sambil menenteng pakaian ganti.
Aku mandi dengan tempo cepat karena sudah malam air jadi dingin, karena kosku berada di dataran agak tinggi di kota ini.
"udah? aku yo mau mandi boleh? kayake seger" ucapnya menyambutku yang baru masuk kamar sambil mengusap-usap rambut yang masih agak basah.
"yawes, kae kamar mandine pojok, andukku sing motif chelsea warna biru" jawabku sambil menunjuk lorong arah kamar mandi berada
"okee" jawabnya singkat sambil berlari kecil.
Setelah menyisir rambut dan memakai bodyspray aku rebahan menunggunya selesai mandi, sambil ku toleh ke layar laptop yang masih pada mode sleep yang artinya dia benar-benar menunggukuuntuk menonton bareng. Aku memikirkan kenapa bisa kami tak ada rasa canggung setelah semua yang sudah terjadi di masa lalu. Aku tenggelam dalam pertanyaan-pertanyaanku sendiri hingga aku tertidur malam itu.
Aku terbangun pukul 12.30 malam yang artinya aku tertidur 2 jam dari waktu Devi berangkat menuju kamar mandi. Ruangan sudah gelap karena lampu kamar sudah di matikan, jendela ditutup horden, hanya ada sedikit cahaya dari lampu tidur portabel dan layar laptop. Devi sedang duduk bersila, bersandar di tepian spring bed tempatku tertidur sambil menonton film horror menggunakan headset. Aku bangun dan mengamati tubuh mungilnya yang mungkin hanya 155 cm dari belakang. Aku mendekat dan melepas headset di telinga kirinya sambil tangan kananku memegang pundak sebelah kanannya dari belakang.
"maaf aku ketiduran" bisikku pelan di telinganya sambil mrnempelkan ujung bibirku ke daun telinganya. Posisiku duduk di samping springbed tanpa kaki dengan tubuh Devi berada di antara kedua pahaku
Devi menoleh ke arahku dengan sedikit menjauh dan memasang senyum aneh. Senyum yang seakan berkata "apaansih" (kalian ngerti kan maksudnya)
Aku cium bibir bawahnya sambil tangan kananku menekan pundaknya ke arahku perlahan, matanya terbelalak seakan hendak menolak namun bibirnya tetap menerima ciumanku tanpa membalasnya, aku tau dia sedang bingung mencerna apa yang sedang terjadi. Aku menghindari kontak matanya yang masih mengamatiku ku cium pipinya kemudian menggigit kecil daun telinganya. Tak ada perlawanan, tapi dia masih mematung. Ku hembuskan nafas panjangku sembari menggigit kadang juga menjilat daun telinganya. Sedangkan tangan kananku sudah melingkar di lehernya mendekapnya perlahan menempel ke tubuhku yang masih di posisi yang sama. Kurasakan degup jantungnya meningkat seiringan dengan nafasnya yang juga semakin cepat. Ku lanjutkan menyusuri lehernya dengan bibir dan lidahku, kini ada reaksi darinya dia mendongak dan tangannya memegang lenganku yang masih melingkar di lehernya.
Entah bagaimana ceritanya kini dia rebah di kasur sedang aku menindihnya sambil terus menyusuri tiap suduh leher serta dagunya.
Ku topang tubuhku dengan kedua tangan di antara pundaknya, aku sejenak berhenti dan memandangi matanya yang sedang terpejam, ku tunggu dia membuka mata.
Setelah ia membuka matanya, tangannya memukul-mukul pelan ke dadaku sambil dia memalingkan wajahnya
"jangan diliatin kaya gitu, aku malu" katanya pelan setengah berbisik.
Pinggangku yang berada di antara pahanya ku dekatkan lagi hingga selangkangan kami menempel meski masih terbalut kain. Sambil tanganku kiriku menopang badan, tangan kananku mengelus pinggang dan punggungnya, kudaratkan lagi ciumanku yang tadi belum selesai. Dia membalas meski kadang ragu. Ku gerakan tanganku mencari pengait BH dan dia melonggarkan sedikit punggungya untuk memberi tanganku celah, beberapa kali percobaan hingga akhirnya lepas seluruh pengait BH tersebut. Ku pindahkan tanganku ke ke dadanya, meremas lembut serta memilin putingnya, digigitnya bibir bawahku sambil terpejam.
Ku lepaskan kaos dan BH nya tapi tak ku lepaskan kontak mataku meski dia memilih memejamkan mata tak mau melihatku
Ku hisap putingnya sambil tanganku mencoba untuk membuka kancing celana jeans pendek yang ia pakai, ia melotot dan menutupi muka dan hidungnya, aku berhenti.
"kamu masih sayang gak sama aku?" tanyanya memecah keheningan.
Aku tak menjawab, hanya mengangguk, tapi tanganku sudah berhasil membuka kancing celana dan resletingnya. Dia berusaha menghentikan tanganku yang hendak menurunkan celananya.
"kamu sayang sama aku?" tanyanya lagi dengan suara sedikit lebih keras.
Ku jawab, "iya aku sayang sama kamu"
Dia mulai mengendorkan tangannya hingga aku bisa membuka celana jeans dan celana dalamnya. Tubuh mungilnya kini bugil dengan kaki rapat dan kedua tangan yang menutupi mukanya. Ku sibakkan perlahan kakinya, ku dekatkan hidungku ke selangkangannya, dan ku jilati perlahan lipatan vaginanya.
Tanganku kananku tak henti meremas payudaranya yang tak begitu besar namun pas di genggaman, lidahku tak lagi hanya di luar lipatan namun menjalar ke bagian dalam lipatan vagina juga klitorisnya. Sesekali kupandang wajahnya yang tak lagi tertutup karena kedua tangannya kini menjambakku. Kepalanya menoleh kanan kiri tak beraturan dengan mata yang masih terpejam. Dan tiba-tiba matanya terbuka lebar melihat ke arahku sambil mundur berusaha untuk duduk.
"aduh-aduh maaf!!"
Kasur dan wajahku basah karena terguyur cairan dari vaginanya, aku duduk dan mengelap mulut dan wakahku dengan kaos. Sambil mendekat kesampingnya kulepaskan kaos yang ku pakai dan merebahkan dia ke dadaku hingga dia tertidur. Ku rebahkan dia ke bantal agar aku bisa duduk dan minum sejenak. Bau vagina tak seharum cerita yang ku baca.
Ku lucuti semua pakaianku, ku arahkan penisku ke vaginanya. Ku gesekkan naik dan turun, kutekan tekan klitorisnya, ku putar-putar di bibir vaginanya hingga dia terbangun
"digesek aja ya jangan di masukkin" katanya sambil memasang wajah memelas.
Aku tak menjawab, tapi aku juga tak ada niat menyetubuhinya. Aku hanya berniat memuaskan hasrat birahi, tanpa penetrasi. Meski begitu ku gerakkan penisku seolah akan menerobos vaginanya. Lagi, dia memohon agar aku tidak memasukkan ke liang senggama miliknya.
"plis jangan ya, kamu kan sayang aku" katanya lagi.
Tak ku hiraukan, bahkan aku melumuri ujung penisku dengan ludah seolah-olah sudah sangat siap untuk penetrasi.
"iya.. iyaa..masukin belakang aja ya, aku belum pernah kaya gini soalnya" bujuknya lagi
Separuh kaget, separuh senang lantas ku jawab "bener ya?"
"tapi, pelan-pelan aku takut kalau sakit" jawabnya pasrah
Aku beranjak mengambil baby oil yang biasa menjadi aroma terapi sekaligus lotion sebelum tidur. Ku lumuri penisku juga vagina Devi dengan merata.
Tanpa disuruh, wanita yang beberapa bulan lalu menolakku karena memiliki pria lain ini mengangkat dan mengangkangkan kakinya lebar-lebar.
Kubenamkan perlahan penisku yang tidak terlalu besar dan tidak panjang ini ke lubang duburnya, sambil terpejam sesekali mengawasiku dia coba untuk relax, dan masuklah seluruh penisku di telan anusnya. Masih mengatur nafas karena baru saja lubang pembuangannya justru dimasuki benda asing ku kagetkan dia dengan menarik penisku setengah. Tampak wajahnya meringis, tangannya memegang erat lenganku yang sedanv menopang tubuh.
Erangan demi erangan keluar dari mulutnya saat ku gerakkan maju dan mundur penisku, entah nikmat atau sakit tapi aku tidak peduli. Jepitan lubang anusnya sungguh membuat penisku tak bertahan lama, ku keluarkan semuanya di dalam lubang nista tersebut.
"ahhh.. Ahhh.. Ahh..." lenguhnya sambil memasang muka yang sedikit bahagia
"yang barusan jadi bikin geli, gak sakit lagi"
Mendengar kata-katanya membuat penisku yang masih tertancap didalam kembali menegang, ku pompa lagi penisku yang kali ini sedikit lebih kencang. Lagi, vaginanya menyipratkan lendir kali ini tak membasahi wajahku tapi berceceran kemana-mana karena tangannya menggesek-gesek "biji kedelai"nya yang mrmbesar sedari kapan aku kurang paham. Melihat pemandangan indah terasebut penisku berdenyut-denyut hingga aku tak kuasa lagi menahan gelombang sperma.
Ku cabut penisku dan menikmati pemandangan vagina yang mengkilap akibat lendir yang berceceran dan lubang anus yang masih menganga meneteskan spermaku.
Ku bersihkan kasurku dari sisa sperma kemudian tidur di samping d
Devi yang tanpa sepatah katapun sudah terlelap.
"sayang bangun, kuliah gak?" ucap Devi yang tampak sudah dandan dan mandi.
Aku hanya menggelengkan kepala, bukan tidak ada kuliah, tapi sedang malas berangkat. Aku menunjuk botol air mineral untuk memberi isyarat ingin minum.
Devi duduk di sampingku sembari memberiku botol air mineral. Dia elus rambutku sambil memandangi aku yang sedang minum sambil tersenyum.
"yang, lain kali gesek-gesek aja ya" ucap Devi sambil memasang raut muka sedih tapi ada rasa takut
"kenapa emange?" tanyaku
"tadi pas aku pup rasane sakit banget, ada bercak kaya darahe juga" jawabnya sambil memegang tanganku
"yaudah, lain kali gak gitu lagi ya!" jawabku sambil menenangkannya
Itu adalah obrolan terakhir kami, karena setelah itu Devi tak pernah lagi membalas pesanku lantaran aku apdet foto dengan wanita berhijab yang menggandeng tanganku di instagram setelah aku mengantarnya pulang ke kosan.