"Nak bangun sudah sore" teriak ibuku dari belakang pintu.
"ehmmmmmm.....aaaahhh.....Hoaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam......" menguap sejenak ketika mendengar ibuku teriak
"iya bu...." teriaku
"mandi dulu sana" jawab Ibuku.
Kudengar langkah Ibuku menuruni tangga. Ibu.....Hmmmm kejadian tadi muncul kembali ke dalam pikiranku. Pikiran kotor yang terus berkecamuk yang selalu aku tepis. Masa bodohlah, mandi terus makan. Aku menuruni tangga, kamar mandi rumahku terletak persis disamping tangga bagian bawah. Sesampainya di lantai bawah aku menuju keluar di pekarangan belakang rumahkku, pekarangan rumah bagian belakang rumahku seperti penjara dimana pagar bumi setinggi 5 meter mengelilingi pekarangan belakang rumah. Tak ada yang bisa dilihat kecuali sebuah kolam ikan kecil dan taman dengan pohon rambutan yang tumbuh subur di belakanng. Di pekarangan rumahku ini ada sedikit tanah lapang yang biasa aku pakai tiduran dengan menggelar tikar dibawah pohon rambutan itu.
Aku melangkah menuju jemuran dibelakang rumahku, ambil handuk dan saatnya mandi. Ketika aku menuju berjalan dari pekarangan rumah menuju kamar mandi aku lihat Ibuku. Kami saling pandang, aku melempar senyum, tapi Ibuku langsung tertunduk seperti malu melihatku. Masuk kamar mandi dan Byuuur byurr byurr......... tiba-tiba kejadian tadi siang masuk ke dalam pikiranku kembali. Aduh dedek Arya bangun. Toeeeeng eng eng eng..... hadeeeeeeh Ibu.... oh Ibu......hmmmm.......segera kuselesaikan mandiku daripada terjadi hal-hal yang aku inginkan ha ha ha. Kembali ke kamar, membuka tugas kuliahku, dan belajar. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat kulihat jam dinding menunjukan waktu hampir jam 7 malam.
"sudah saatnya makan malam" bathinku
Aku turun ke lantai satu dimana Ibuku sudah menungguku di bawah. Cantik sekali, walau sudah malam Ibuku tetap mengenakan kebaya. Balutan jarit batik keris warna coklat sangat cocok dengan kebaya warna hitam. Aku tersenyum kepada Ibuku, tapi Ibuku membuang muka ketika itu.
"Masak apa bu?" tanyaku dengan riangnya sambil menuju ke arah meja makan.
"...... tinggal makan saja nak , tidak usah tanya-tanya, cepet makan, lanjutkan belajar kamu dan istirahat" jawab ibuku dengan nada sedikit ketus.
"Aduh ada apa sebenarnya ini?apakah ibuku malu dengan kejadian tadi siang?ayolah bu...."bathinku. sambil menngambil nasi dan lauk segera aku lahap. Suasana makan malam yang tidak mengenakan, tidak seperti biasanya walaupun tidak ada Romo kita selalu bercengkrama dan bercanda. Oh Ibu ada denganmu?
"Bu, Ibu kenapa?" tanyaku membuka pembicaraan
"tidak apa-apa nak?" jawabnya sambil mengangkat piring kotor untuk di letakan di tempat cucian.
"Arya punya salah sama Ibu?" lanjutku
"...." Ibu hanya diam saja tidak menjawab
"Ya udah Bu, kalo Ibu marah sama Arya, mending Arya Ngekos aja, daripada buat Ibu setiap hari seperti ini. Kemarin-kemarin juga tidak seperti ini bu suasananya. Besok Arya mau cari tempat kos, Terima kasih makan malamnya Bu, Arya mau kekamar terus tidur" penjelasanku panjang lebar sama dengan Luas. Aku sendiri bingung, kenapa bisa berbicara seperti itu kepada Ibuku?tega banget meninggalkan Ibu ketika Romo jarang pulang.
"...." Ibu masih diam saja
Aku tak tahu apa yang dirasakan oleh Ibuku, apakah dia menangis? Atau tersenyum dengan perginya aku? tapi dengan diamnya Ibu berarti Ibu setuju. Balik ke kamar belajar, dan sedikit mengerjakan tugas dari Bu Dian. Ah senyuman Ibu Dian....Bu Dian andai kau jadi pacarku kan kubingkai selalu indahmu. Tiba-tiba pikiran itu kembali masuk ke otakku, pikiran kotor tentang Ibu. Desisan layaknya ular yang sedang membutuhkan mangsa terngiang-ngiang di telingaku. Belajarku menjadi tidak konsen setiap akan menuliskan jawaban dan membuka buku yang teringat adalah tubuh Ibu. Sekalipun terlilit oleh kebaya dan jaritnya sangat terlihat bagaimana langsingnya tubuh Ibu dan susunya.
"Hei-hei kenapa jadi membayangkan bentuk tubuh telanjang Ibu seperti apa?what the fuck??"bathinku
Tit tit Tit.....
Alarm Hp berbunyi menunda lamunanku ternyata, sudah jam 10 malam saatnya untuk tidur. Sudah jadi kebiasaanku menyetel alarm jam 10 malam agar aku bisa langsung tidur. Jika tidak aku pasangkan alarm mungkin aku akan begadang semalam suntuk untuk mengerjakan tugas, apalagi dengan bayangan-bayangan Ibu yang sering muncul bisa-bisa tidak tidur. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur menarik selimut merah tebal pemberian Ibu. Hangat sekali dan Hup.....ah tidur tidur tidur......
Tok Tok Tok......
"Nak...." suara pelan dari balik pintu kamarku mengagetkan aku.
"Ibu?ada apa?"bathinku
"Iya bu buka saja...." jawabku pelan
Beliau masuk masih dengan pakaian yang sama dengan yang beliau pakai sewaktu malam tadi. Terlihat anggun dan seksi....ah kenapa setelah kejadian tadi siang pikiranku kepada Ibuku menjadi mesum terus. Ibu melangkah menuju tempat tidurku, aku pun mangangkat badanku dan memposisikan duduk ditepi ranjang. Ibu kemudian duduk di samping kananku.
"maafin ibu ya nak, kamu ndak usah ngekos, nanti Ibu sama siapa kalau kamu ngekos" suara Ibu mulai membuka percakapan dengan senyum Ibu terlukis di bibirnya. Tampak matanya yang sedikit berkaca-kaca.
"Inggih Bu, lha pripun (bagaiman)Ibu saja dari tadi cemberut terus wajahnya kok, daripada nanti Ibu malah musem terus ya mending Arya di tempat kos saja" jawabku sekenanya dengan senyum dibibirku sambil garuk-garuk kepala.
"Yo wes (ya sudah) ...Yo wes (Ya sudah)... kalau mau Arya seperti itu, kita jual rumah ini sekalian" jawab Ibuku marah. Menyesal mungkin mendengar jawabanku itu. Ketika beliau mulai beranjak berdiri aku langsung memeluk Ibuku dari belakang sehingga Ibuku duduk kembali. Kini posisiku berada tepat dibelakang Ibu.
"Ibu jangan marah gih...Arya tidak akan kemana-mana kok Bu, asal Ibu tersenyum ke Arya" rayuku
Ibu menoleh ke kiri melihat wajahku yang sudah aku letakan di bahu kirinya. Kulihat senyuman Ibu dan Aku pun ikut tersenyum.
"Nah Ibu sudah senyum kamu jangan pergi ya....." tiba-tiba air mata menetes dari kedua mata indah yang ada di depanku.
"kalo kamu pergi Ibu sama siapa, Romomu juga sudah jarang pulang, kalau pulang juga cuma sebentar" air mata menetes dari matanya.
Aku yang kebingungan karena melihat Ibu menangis dan tiba-tiba ibu memegang kepala bagian belakangku dan mendorong kedepan sehingga keningku bersentuhan langsung dengan kening Ibuku.
"iya Bu.... jangan menangis Ibu, Arya akan selalu ada buat Ibu, akan menjadi apapun yang Ibu inginkan" jawabku menenangkan Ibu.
Hampir aku menangis dan tapi air mata yang ingin menetes dari mataku seakan-akan kembali masuk kedalam mataku lagi karena kecupan dari mulut Ibuku yang langsung ke mulutku. Seakan-akan tak percaya tapi kenapa kecupan Ibu lama sekali? Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya.
"emmmmmmmmmmmmmmm...........crup......emmmmm......." Ibuku mulai mendesah
Aku menarik kepalaku dan menatap Ibuku.
"Bu...." ucapku sederhana memanggilnya, dan aku kemudian kembali mencium bibir Ibuku, Ibuku membalasnya dengan ciuman. Belum pernah aku berciuman bibir dengan seorang wanita yang aku tahu hanya ciuman seperti yang ada di Video milik Rahman? Video porno yang pernah aku lihat pertama kali dalam seumur hidupku. Tidak aku bukan orang yang berpengalaman dalam hal bercinta. Kami hanya menempelkan bibir dan Ibu yang paling aktif menyedot bibirku. Aku tidak bisa mengimbanginya karena aku perjaka tulen. Tiba-tiba Ibuku menjatuhkan tubuhnya di kasurku tempat tidurku, dengan cepat aku menggeser tubuhku dan langsung menempelkan kembali bibirku ke bibir Ibuku. Sekarang posisi Ibuku tepat di bawahku dan aku di atasnya tapi tidak mengangkanginya. Kaki Ibu ku masih berada dipinggir tempat tidur sehingga telapak kakinya tetap berada dilantai. Ya setengah di kasur setengahnya tidak. Kami masih terus berciuman, aku mulai melakukan sedotan-sedotan ke bibir Ibu.
"emmmmmm oh emmmmmm.... bu emmmm....." suaraku lirih
Aku merasakan birahi yang meledak-ledak, tak pernah aku rasaakan sebelumnya dengan seorang perempuan. Perasaan ini baru aku rasakan baru pertama kali ini.
" Bu...ohmmmmm....." aku merasakan sesuatu mengelus lembut bagian selangkanganku tempat dimana adikku "dedek Arya" bersemayam.
Dedek Arya bangun, mulai mengeras, mungkin jika bisa berbicara dedek Arya akan berbicara. "Keluarkan aku kakak aku pengin keluar". Kejadian itu berlangsung cukup lama. Entah apa yang aku pikirkan hanya terbesit ingatan tentang pemuda kekar dalam video yang pernah aku lihat itu, menyingkap rok wanita hingga bagian atas dan menurunkan CD-nya kemudian di masukan burung itu ke dalam alat kelamin wanita.
Apakah aku harus melakukannya? Dedek Arya sudah keluar, siapa yang mengeluarkannya? Siapa yang melorotkan celana kolorku? Ibu mengeluarkan dedek Arya? Celanaku dipaksa diturunkan sehingga aku mengangkat bokongku ke atas, dan Toeeeeng eeeeng eeeeng "Aku bebas, aku bebas aku butuh sangkar". Sangkar? sangkar yang mana? Aku masih terhanyut dalam terus berciuman dengan Ibuku. Kulihat Ibuku menutup kedua matanya.
Satu tanganku membantu tangan Ibuku untuk melepaskan celanaku. Akhirnya aku telanjang setenga bawah. Akhirnya aku melepaskan ciuman Ibuku, kulihat mata Ibu terpejam. Aku mencoba meniru setiap adegan dalam film, tapi yang ini lebih sulit karena yang harus aku naikan ke atas adalah Jarit yang dipakai ibuku benar-benar ketat. Lebih ketat daripada legging, legging dari karet sedangkan jarit dari kain yang kaku. Dengan sedikit membungkuk aku meraih ujung jarit bagian bawah aku coba singkap ke atas memang ternyata sulit. Tanpa ada komando ibuku mempermudah aku untuk menyingkapnya hingga bagian atas. Terpesona aku melihatnya, alat kelamin wanita yang dikenal dengan sebutan vagina masih berbalut CD warna putih yang warnanya hampir sama putih dengan warna kulit paha Ibuku. Aku kemudian mengelus-elus, kupalingkan wajahku ke arah ibu, matanya masih terpejam menikmati perlakuanku. Kuarahkan bibirku ke bibir Ibuku. Ibu masih menutup matanya dan aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang Ibu pikirkan. Tangannya masih mengelus batang tegang dedek Arya.
Baru kali ini, oh.....rasanya enak, seandainya aku bisa berteriak aku akan berteriak. Enak sekali ya enak. Kulorotkan celana dalam ibuku, dan entah atas inisiatif sendiri atau dorongan dariku, Ibu mengangkat kedua kakinya agar aku lebih mudah melepas celana dalamnya. Tegang maksimal, Pertama kali melihat, pertama kali merasakan, dan atas ingatan film porno itu aku turun dari ranjang tidurku. Aku kangkangkan kedua kaki Ibuku dan mencoba masukan. Masih dalam posisi berciuman.
Mana? Mana yang harus aku masuki? "kakak ayo cepetan udah didepan mata kakak, ****** banget kakak itu" mungkin itu yang akan dikatakan oleh dedek Arya. Seperti film My Name is Dick, dedek Arya minta jatahnya terus berteriak hingga aku tidak konsen dengan apa yang aku lakukan. Aku berdiri dan beralih ke tengah-tengah tubuh Ibu, kulebarkan kedua kakinya. Tampak vagina ibu yang bersih ditumbuhi rambut yang halus. Kembali aku mencium bibir Ibuku.
Aku coba masukan, hanya mendorong-dorongnya, mencoba untuk memasukan. Terus aku coba hingga aku hampir putus asa. Ibuku tetap menikmati sensasi ciuman dengan aku, apakah Ibu merasa dia sedang bersama Romo? Ah masa bodohlah.... yang penting ini bagaimana caranya masuk? Mana lubangnya? Ada yang tahu tidak?Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa bagaimana ini..............??????? Aku terus mencoba dengan semangat seperti lagu "jangan menyerah jangan menyerah jangan menyerah ho ho ho" ala D'Masiv. Setiap percobaan pasti akan membuahkan hasil hingga akhirnya ujung kepala dedek arya menemukan sebuah lubang yang sedikit becek. Aku mencoba mendorongnya terasa sangat sempit tapi perasaan nikmat menjalar ketubuhku.
"Ahhh......" rintih sakitku sedikit keras yang sedang dalam posisi mencium Ibuku.
Ibu kemudian membuka matanya, dan seakan-akan terkejut atas apa yang aku lakukan. Sadar atas apa yang terjadi Ibu mendorongku hingga aku dalam posisi tegap. Dengan memegang pundaku Ibu mencoba bangun, dan posisi tubuh kami malah semakin menyatu dan "aku masuk kakak, aku masuk, hangat kakak hangat sekali" mungkin itu yang dikatakan oleh dedek Arya.
PLAK..... satu kali tamparan
PLAK.... dua kali tamparan
PLAK.... tiga kali tamparan
Karena menamparku posisi Ibu kembali terjatuh lagi, aku tertegun menyesal atas apa yang aku lakukan. Posisi tegang menjadi hening.....hening...... hanya tangisan Ibu yang semakin keras dan menjadi-jadi. Air matanya menetes deras dari matanya. Tapi apa daya dedek Arya sudah masuk ke dalam sangkar, sangkar milik Romoku, ya Ibuku.
"KAMU TEGA AR....KAMU TEGA SAMA IBU....KAMU TEGA!" bentak Ibuku sambil sesengukan. Aku terdiam tak tahu apa yang harus aku lakukan. Bodoh kamu Ar. Benar-benar bodoh kamu Ar. Perkataan itu muncul dari pikiranku tapi dedek Arya masih menancap meninginkan penuntasan, penuntasan? Perasaan akan sesuatu yang harus aku tuntaskan mendorongku untuk menggoyang pinggulku. Tanpa memperdulikan Ibu yang terbaring dengan air mata yang mnegalir. Aku mulai menggoyang. Dan....
"BERHENTI AR BERHENTI......!" bentak Ibuku.
PLAK..... satu kali tamparan
PLAK.... dua kali tamparan
PLAK.... tiga kali tamparan
Ibuku menamparku, dan mendorongku hingga terjatuh di lantai. Ibu kemudian berdiri merapikan jaritnya mengambil celana dalamnya. Tangan kirinya menutupi mulutnya dan Ibu melihatku jatuh duduk di lantai. Ibu melihat Aku dan dedek Arya. Ibu menangis.
"Kamu benar-benar tega sama Ibu....hiks...." ucap Ibu sambil berjalan cepat melewatiku dan meninggalkan aku dengan tangan kiri menutupi mulutnya sanggulnya hampir lepas. Ibu menangis. Aku terdiam melihat kepergian Ibu dan kemudian sadar atas apa yang aku lakukan. Bodoh kam Ar bodoh, kenapa kamu lakukan hal itu?! Bodoh kamu Ar! Terasa batinku membentakku dengan suara keras. Langsung Aku berdiri memakai celanaku tanpa celana dalam walau dedek Arya masih tegang . Aku mengejar Ibuku, menuruni tangga, menuju kamar Ibu. Tapi terlambat pintu kamar sudah terkunci dan aku mendengar tangisan Ibuku.
Tok Tok Tok.....
"Ibu Arya minta maaf bu, maafin Arya.... buka pintunya Bu, Arya Mohon Bu" mohonku kepada ibuku
"PERGI PERGI! Hiks hiks hiks hiks" teriak Ibuku dari dalam kamarnya dibarengi dengan tangisannya.
Aku melangkah pergi menuju kamarku, menutup pintu menguncinnya dan menyesali apa yang telah terjadi. Hanya bisa duduk dipinggir tempat tidurku, menyesal dan menyesal, hingga mata ini terasa berat untuk terbuka, hilang pula tenaga dedek Arya. Jatuh tubuhku ke tempat tidur dan terlelap dengan penuh penyesalan. Entah....Entah....apa yang akan terjadi esok hari. Mungkin aku harus pergi.
Dan seperti biasa aku diam tak bicara
hanya mampu pandangi
bibir tipis merahmu ituDan seperti biasa aku tak sanggup berjanji
hanya mampu katakan
Aku cinta kau saat ini
entah esok hari entah
lagu iwan fals seakan-akan terngiang di telingaku mengantarkan tidurku.