Aku terbangun di sebuah ruangan yang begitu luas dan bernuansa putih, dengan berbagai alat medis lainnya di sekitar ku. Ku edarkan pandanganku keseluruh isi ruangan ini dan mencari tau tentang apa, dimana dan bagaimana aku bisa berada di dalam ruangan yang begitu luas ini, sempat terlintas dalam benatku apa aku sudah mati. Namun, semua itu tersangkal dengan pikiran warasku, jika memang demikian mengapa masih ada alat medis yang menempel di tubuhku, bukankah orang yang sudah mati tidak bisa lagi merasakan atau menyentuh hal hal yang masih bersifat abstrak.
Jika ku perhatikan lebih detail lagi, dalam ruangan yang begitu luas ini, ternyata aku tidak sendirian, ada orang lain yang bersamaku, namun anehnya orang itu tidak seperti dengan keadaan ku saat ini, dia memang terbaring tapi tak seperti dengan diriku yang berbaring di atas ranjang mewah pasien dengan berbagai alat medis yang menempel di tubuhku. Dia tidur dia atas sofa mewah dengan dengkuran halusnya. Jika kuteliti dengan seksama, ternyata orang itu berjenis kelamin perempuan yang ku tafsir usianya jauh di atasku atau lebih tepatnya seperti Ibu Ibu atau Tante Tante dengan model pakaian Fashionable dengan tas nya yang terletak di atas meja sofa yang tidak jauh darinya.
Aku masih bertanya tanya apakah ini nyata atau hanya mimpi, aku tak mampu berpikir keras memecah masalah ini, semua terjadi begitu cepat aku yang sebelumnya kehilangan kesadaran akibat tertabrak oleh sebuah mobil di tengah jalan hingga terpental ke sisi ruas jalan dengan pandangan yang mulai mengabur dan gelap. Dan kini aku terbangun di sebuah ruangan dengan berbagai alat medis rumah sakit.
Kini keyakinanku akhirnya bertambah kuat bahwa ini nyata bukan mimpi, aku berada di salah satu ruangan rumah sakit setelah terjadi nya peristiwa na'as yang menimpaku. Tapi, di mana Ayah Ibu dan Adikku ?, mengapa hanya si Dia yang berada di atas sofa tertidur yang menemaniku ?, aku bertanya tanya apakah Dia yang menabrakku dan membawa ku kerumah sakit ini dan tidak sempat mengabarkan keluarga ku ?.
Oh iya aku lupa, bukankah aku tidak memiliki sebuah handphone layaknya seperti kawan kawanku yang memiliki satu dari berbagai jenis merek handphone yang bisa Dia gunakan untuk menghubungi keluarga ku di sana. Oh iya lupa lagi, bukankah keluarga ku itu sangat miskin hingga memiliki satu handphone saja sangat susah, jadi bagaimana Dia bisa menghubungi nya ?. Tapi, bukankah saya memiliki tanda pengenal yang saya selalu bawa dan simpan di dalam kantung celana jeans hitam lusuh yang warnanya telah memudar jadi ke abu abuan. Mengapa Dia tidak gunakan tanda pengenal itu untuk mencari di mana letak tempat tinggal ku dan mengabarkan keluarga ku ?
Tapi jika kupikirkan kembali, bukankah seharusnya saya bersyukur bahwasanya Dia tidak lalai dari tanggung jawabnya dan menolongku dengan membawa ku kerumah sakit ini yang artinya Dia orang yang baik.
Dalam keadaan seperti ini, aku begitu rindu dengan orang tuaku serta kedua Adikku, pasti mereka sedang mencariku dan mengkhawatirkan ku yang belum balik sejak kepergian ku bekerja menjadi kuli panggul di sebuah pasar. Aku masih ingat potongan-potongan ingatan sebelum kesadaran itu hilang, aku menyebut dalam hati " Aku Ingin Kembali "