Leila pembantuku

Namaku Husni, usia aku 31 tahun. Pada umur 30, Aku telah menduda dengan meninggalkan bocah berusia 5 tahun. Kisah ini bermula pada petengahan, tahun 2008. Aku mengalami masalah rumah tangga yang tidak kunjung selesai, hal ini berujung pada meja hijau, perceraianku dengan istriku Ajeng meninggalkan banyak masalah dan membuat perubahan besar dalam hidupku antara lain, anak, rumah, hubungan dgn orang tua dan lain-lain, salah satunya adalah nasib pembantuku, Leila yg telah bekerja mengasuh anakku selama 2 tahun. Kami berbagai hal untuk menyelesaikan hal ini dengan baik, dan memerlukan waktu yang lama. Bahkan aku harus rela kehilangan hak asuh anak dan hanya menerima jadwal pertemuan dan pemberian uang bulanan anak.

Istriku adalah perempuan yang mandiri, kami berasal keluarga yang cukup berada namun tetap saja belum menjamin rumah tangga. Perceraian membuat kami menjadi jalan satu-satunya, jalan terbaik kami tempuh. Namun, tidak semua berjalan baik salah satunya untuk Leila pembantuku yang mengurus anakku dan rumah. Leila adalah sosok perempuan desa yang polos. Dua tahun kemudian dia ku jemput dari daerah Jawa Barat. Usianya pada saat baru kerja denganku baru 17 tahun diawal berkerja, Kami mendapatkan karena meminta orang dari Pembantu tetangga. Singkat cerita, Leila datang dengan pendidikan tamatan SMP. Ia hanya anak sendiri dulu diasuh kerabatnya, namun ketika berkerja ia tidak memiliki keluarga lagi.

Aku dan Istri sangat kasihan dengannya, kami memperlakukan dengan sangat baik dan telah kuanggap keluargaku sendiri. Leila pun bekerja sangat rajin dan penuh perhatian dengan anakku. Bahkan kami mau memberinya kejar paket untuk meningkat pendidikannya. Dua hari setelah putus, kami bercerai menyebabkan dampak pada Leila. Nasib Leila yg sangat menggantungkan hidupnya dgn keluargaku. Malam itu, dia datang kepadaku duduk di lantai menundukkan kepalanya sembari menangis, di tanganya menggenggam sebuah tas besar seperti siap-siap mau pergi jauh sembari menangis dia berkata. “Pak Leila pamit, tapi Leila bingung mau kemana? Leila gak enak dgn keadaan di rumah ini” ujarnya sambil dengan kalimat terbata-bata mengatakannya.

Aku mencoba menahannya untuk tidak pergi malam itu, “Leil Ibu telah pergi dan saya cerai bukan berarti saya mengusir kamu, kamu mau pergi kemana? Malam malam gini bahaya dijalan,” ujarku mencari-cari alasan untuknya tidak pergi dari rumah. Aku tidak ingin rumahku menjadi sepi, meski akan mengurangi orang yang tinggal dirumahku. Pergi Leila akan membuatku sulit, karena akan membuat aku harus meminta cuti, untuk mencari pembantu lagi. Meski jatah cutiku masih banyak namun untuk urusan ini aku berpikir banyak untuk melakukannya. “Leila, kamu pikirkan jika tidak berkerja. Kamu mau gimana? Kamu tidak bisa kerja ditempat lain. ijazah kamu masih cukup lama lho, lebih baik kamu kerja Leila,” kataku membuat pertimbangan dalam kepalanya.

Kemudian Leila kelihatannya mau mengerti dan dia berjalan kembali ke kamarnya. Keesokan harinya dia mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, menyapu, mengepel dan lain-lain. Sedangkan Aku disibukkan dengan masalah perkerjaan dan rumah tangga yang masih berantakan. Dengan adanya Leila secara perlahan aku bisa menjalani hidupku. Aku bisa kembali berkerja dengan baik, juga memperbaiki diriku. Hari-hari cukup berjalan dengan baik, dengan aku seperti mengulang kembali kehidupanku yang dulu tanpa istri dan anak. Hanya kadang aku memikirkan bagimana kehidupan anakku dan mantan istriku, yang sudah tidak kuketahui dengan jelas. Bahkan aku hanya mampu menghubungi, orangtuanya untuk mengetahui sedikit informasi tentang mereka. Sudah 6 bulan berlalu, Leila sudah berkerja denganku.

Awalnya Aku stress menghadapi masalah perceraianku tapi untungnya Leila perempuan polos itu baik sekali. Ia mampu melakukan pekerjaan dengan baik, bahkan ia juga menawarkan sarapan, membuatkan kopi, menyiapkan pakaian.Padahal itu, dilakukan Istriku dahulu saat akan berangkat kerja. Aku menghargainya dan ingin memujinya, selain cantik dan seksi Leila adalah perempuan yang baik. perlahan-lahan timbul perasaan yang lebih dari ikatan majikan Pria dan Pembantunya. Pertama ku kira adalah wajar, ia adalah seseorang bersama kami, terlebih hidupnya cukup menyedihkan dan membutuhkan bantuan. Bahkan aku menyempatkan diri, untuk menemaninya untuk terima ijazah Paket C yang didapatnya setelah belajar 1 tahun ini. Itulah perhatianku kepada Leila yang sudah dekat denganku terkhusus anakku.

Selain itu, aku suka mengajak belanja bulanan. Alasan sederhana, karena ia yang lebih mengerti kebutuhan rumahku. Aku juga membelikan dan memenuhi segala kebutuhannya. Hal ini menyebabkan kami dekat dan memahami satu sama lain, bahkan aku membelikan pakaian yang ingin dibelinya. Namun Leila sepertinya sangat menjaga sopan-santun. Ia hanya meminta uang lalu, pergi ke pasar untuk membelikan pakaiannya atau memintaku menunggu saja difoodcourt sementara ia berbelanja. Sepertinya status baginya adalah hal mesti dijaga bahkan menjaga jarak antara seorang pembantu dan majikannya. Kalau pergipun dia memilih duduk di belakang. Perjalanan waktu yang menjadikan berbeda. Pada waktu yang berbeda bulan November 2009, aku ingin berangkat kerja pada hari Minggu. Pekerjaan sebagai Broker sebuah perusahaan Kontruksi mengharuskan bertemu klien pada minggu itu.

Aku berniat mandi, namun aku ingin meminta Leila untuk menyiapkan makanan. Aku pergi ke kamarnya. Aku berniat untuk mengetuk kamar, namun pintu sedikit terbuka. Aku berinsiatif mengitipnya. Aku terkejut rupanya ia baru mandi, ia membelakangi pintu. Ia menghadap kaca ¾ untuk merias diri atau merapihkan baju yang dikenakannya. Namun ia tidak mengunakannya, Payudaranya yang berukuran 34 A cukup terlihat mengiurkan dan padat dimataku. Hal ini diikuti kulit putih dan langsing dengan rambut yang panjang. Dadaku berdetak kencang, aku memang menyukai perempuan bertubuh indah, namun pakaian Leila tidak mengundang menaikan birahiku. Terlebih aku sudah diburu waktu. Aku langsung pergi dan berangkat kerja. Namun aku masih memikirkannya, hingga aku harus berhenti sebentar untuk menenangkan diri saat baru keluar kompleks rumah.

Setelah itu, aku berangkat kembali. aku mencoba fokus untuk meenutupi rasa cemasku itu. Aku berhasil dan pekerjaanku berhasil. Namun pkiran ini menjadi-jadi, timbul perasaan yang aneh bagiku aku membayangi Lelia saat aku ingin membersihkan wajahku karena rasa penat. Aku merasa ada perasaan yang berbeda setelah melihatnya. Setelah pertemuan selesai, aku pergi untuk melupakan rasa aneh ini. bersama teman seprofesiku kami melepas penat kami, karena terbiasa serius dengan Bluetooth Earphone terpasang ditelinga kami. “Husni, kamu ada rencana menikah ?” ujar Guntur temanku. Ia adalah sahabatku. Ia yang pertama mengetahui perceraianku. “Belum Gun, cewe yang mau didekatin aja gak ada,” kataku. “Cari dong, udah 6 bulan lho. Bagimana nanti kita jalan-jalan? Mau gak?” tanya dia.

Aku menolak. “Sorry bos, aku lagi capek banget,” kataku singkat. Dia terdiam, “Apa ada yang terjadi?” tanyanya. “Gak ada, hanya saja aku merasa kesepian aja,” kataku. “Makanya jalan-jalan. Lagian masa gak mau cari yang lain sih?” kata Guntur melanjutkan. “Eh, pembantumu masih ditempatmu kan?” tanya Guntur. “Iya kenapa bos? Dia masih kerja denganku. kasihan kalo dipecat nanti kerja dimana juga tempat tinggalnya,” kataku. “Iya juga sih, udah lama juga sih. Namun gak rasa janggal. Hubungan datar gitu lagian dia lumayan cantikkan,” kata Guntur. Aku terkejut dengan perkataannya, seperti ia mengetahui kejadian yang pagi itu terjadi. “Maksudmu, ia dan aku jadian?” tanyaku mencoba bersantai.

“Yah, semua terserah kamu juga Hus,” kata Guntur memberikan argumen padaku. “Hah, kamu serius. Kita punya pekerjaan yang besar, masa dekatin pembantu kita sih, nanti kata orang bagimana?” kataku menolak usulan nakal dari Guntur. Guntur terdiam sebentar, lalu berkata”Iya sih, maaf kayanya aku salah kasih pendapat. Tapi juga gak salahkan, jika kamu dekatin dan naiki taraf hidupnya atau kamu cari gadis lain,” kata Guntur memberikan pertimbangan. Aku terdiam, jujur aku masih memikirkan kejadian tadi pagi dimana nafsu naik hanya melihat pembantuku telanjang. Aku berusaha menolaknya, status kami cukup jauh untuk disamakan. Lebih baik aku mencari Wanita lain, yang bisa aku dekati sekarang.

Aku dan Guntur berjalan keluar hingga sore menjelang, pergi ke Mall untuk makan siang dan bersantai. Aku sempat berkenalan, namun mengetahui statusku yang duda membuat Perempuan itu sedikit meniritkan dahinya. Saat akan pulang, Guntur bertanya, “Bagimana Hus, kamu suka dengan Perempuan tadi?” tanya Guntur sambil tersenyum. “Dia Cantik, usianya baru 22 tahun masih Kuliah juga. Tapi dia rada beda sikap saat mengetahui aku sudah menjadi Duda,” kataku dengan setengah berbisik. “Yah, kamu kenapa langsung Hus. Bagimana mereka mau respek jika mereka tahu kamu pernah nikah,” kata Guntur. Aku diam saja, singkat cerita kami masuk mobil dan pergi pulang. Guntur memintaku untuk mengantarnya ke sebuah Appartement.

Awalnya aku ragu, karena ia memiliki rumah sendiri, namun karena ia yang meminta aku memuluskan permintaannya. Setelah sampai, aku memutuskan untuk langsung pulang. Aku merasa lelah dengan pekerjaan akhir pekan yang dilakukan hari ini. Sesampainya di Rumah, Leila membuka pintu. Aku terkejut, “Bapak sudah pulang? kok lama sekali?” tanya Leila. Awalnya aku takut Leila mengetahui apa yang terjadi. “Maaf Leil, saya ada rapat tadi pagi. Jadi harus buru-buru,” kataku menjelaskan. “Bapak sudah makan, Leila bisa panaskan makanan,” kata menawarkan makanan. “Iya, saya lapar. Tolong siapkan ya Lei,” kataku. Aku berjalan kekamarku, sambil melirik Leila yang ternyata memiliki badan yang cukup seksi.

Aku pergi kekamar untuk mandi dan berpakaian, lalu keluar makan. Leila sudah siap menyiapkan makanan. Aku kembali mengulang melirik Leila, kali ini Leila seperti mengetahuinya. “Maaf ada yang salah pak?” tanyanya. Aku terkejut, “E….. gak ada yang salah,” kataku sambil melanjutkan makanku. Aku terkejut dengan ia mengetahui aku mengamatinya. Karena takut, aku berusaha melupakannya. Walaupun aku sadar nantinya aku tidak bisa melupakannya dan ingin memilikinya. Aku memilih fokus dalam pekerjaanku, karena itu hanya hanya itu yang aku tahu untuk melindugi aku dari pikiran ngawur berlanjut. Aku berharap tidak hal yang aku takutkan akan terjadi. Setelah makan selesai, aku langsung masuk kamar, hari itu aku berhasil menahan diriku.

Dua minggu berlalu, menjadi hal yang merubah hidupku. Hal ini diawali, dengan Guntur yang diangkat menjadi kapten tim, dan aku akan dipindah ke tim yang lain dengan posisi yang sama dengan Guntur. Hal ini membuat tanggung jawab kami bertambah berat dan namun gaji kami semakin besar pula. Aku ingat kami akan berpesta dengan Guntur di Appartementnya. Maka karena pekerjaan kami selesai lebih cepat, aku memutuskan untuk pulang. Saat Pulang, aku melihat Leila sedang akrab dengan seseorang yang sebaya dengannya. aku memilih menghentikan mobil, dan mengamatinya. Mereka cukup akrab dan sambil mengenggam tangan. Aku terdiam, dan membuatku sedikit panas hati. Hal itu aku tidak menyukai keakraban ini, aku memutuskan untuk pulang dengan sedikit rasa jengkel.

Leila awalnya tidak menyangka aku pulang lebih dulu, ia bangkit dari posisinya duduk diatas motor Pria itu. Mobilku kupacu masuk teras. Sementara motor Pria itu berada depan rumahku. Aku keluar dengan wajah penuh emosi. “Leila, Masuk ke Rumah. CEPAT!,” kataku dengan nada dengan keras. Leila mengikuti perintahku dan masuk kedalam Rumah. Setelah masuk, aku mendekati Pria itu yang terkejut, “Siapa Kamu?” tanyaku dengan singkat. “Saya Dayat pak, Saya dari Kampungnya Leila. Saya ke Jakarta untuk cari kerja,” jelasnya. “Kamu pegang tangan Leila, Jangan Bilang kamu gak ada maksud dengan Leila ya? Dia kerja dengan saya, kamu jangan harap main-main dengan saya,” kataku menekan.

“Maksudnya pak?” kata Dayat menanyakan maksudku. “Jangan pura-pura, kamu mau dekatin Leilakan? Saya tidak suka. Leila masih 19 tahun, dia kerja sama saya. Saya juga tadi lihat kamu usaha dekatin Leila,” kataku mencoba memberikan argument. “Iya, pak saya hanya ketemuan pak. Cuma dekatin saja pak,” kata Dayat membela diri, namun wajah cukup memerah ia malu. “Saya butuh Leila tanpa gangguan, dia tanggung jawab saya. Harap kamu jangan dekatin dia, dulu,” kataku. “Baik pak,” katanya setelah itu ia mohon diri untuk pulang. aku berharap ia tidak mendekati Leila yang akan membuatku marah. Setelah Dayat tidak terlihat olehku, aku masuk kedalam rumah. Leila berdiri dengan kepala menunduk. Ia taruh tas ke atas Sofa dan menutup Pintu Masuk. “Kamu Sekali lagi, pacaran kamu saya pecat. Mana janji kamu bakal kerja baik?” kata dengan menekan.

“Maaf pak, saya hanya ketemuan. Saya janji gak akan menanggapi jika dia mau pacaran masa Leila,” kata Leila menunduk. Matanya mulai berkaca, aku mulai lluluh. “Kamu Janji?” tanyaku. ia menganggukan kepala. Ya sudah, kamu ke kamar kamu. Saya ada acara nanti malam. Kamu jaga rumah, jangan main,”kataku. Leila pergi dalam, dan aku memasuki kamarku. Aku mulai penasaran, terlebih sudah 3 hari aku belum melihat CCTV untuk keamanan rumah. Aku takut kecolongan dan Leila sudah berbuat jauh, maka buru-buru aku menyalakan Laptop dan membuka fitur. Untunglah, itu kali pertama Dayat datang. Aku pun mulai bersiap untuk mandi. Setelah mandi, aku mulai memikirkan sikap tadi, anehnya aku merasa tidak bersalah.

Ada perasaan merasa, Leila adalah seseorang yang ingin tidak jauh dariku, selain sikapnya yang baik ia adalah perumpuan cantik. Jika ia mengunakan pakaian dan rias wajah baik, orang tidak akan menduganya sebagai pembantu. Kembali aku mengingat keindahan tubuhnya itu, tiba-tiba aku membayangkan jika dia menjadi seseorang disampingku. Entah mengapa aku nyaman. Lamunan terhenti karena alaram handphone, aku pergi. Leila mengantarku dengan masih takut. Semoga ia tidak menerima Dayat bertamu, hari itu aku menjadi cemburu dengan siapa yang mendekati Leila. Aku sampai di Appartment Guntur, namun berkumpul dengan teman kerja dahulu. Kemudian bersama untuk naik menuju Flatnya. Awalnya kami bingung Guntur yang Broker dari daerah luar Jawa sudah memiliki rumah kontrakan namun merayakan sukses diAppartement.

Apakah ia sekeluarga sudah pindah lainnya hanya berberapa saja diundang terlebih kami pria. Kami mengetuk pintu Flat. Butuh berberapa menit, serorang wanita muda seumuran dengan Leila dengan kulit putih dengan Gaun dengan garis horizontal Hitam dan Biru. Kami terkejut, “Betul ini flat Pak Guntur?” tanya temanku. Wanita muda mengangguk, dan menengok kedalam. “Pak, ada orang yang cari,” katanya. Kami saling berpandangan, “Masuk aja,” suara didalam seperti suara Guntur. Akhirnya kami dipersilakan masuk. Kami masuk, Flat cukup nyaman,kami juga mengamati wanita itu yang menuntup pintu. Dia berbeda dengan istri Guntur, yang kami tahu di foto meja kerjanya. Terlebih perut Wanita membuncit tanda ia mengandung.

Wanita itu mempesilakan kami duduk dan menunggu. Minuman dingin tersedia, demikian hidangan kecil. Tidak beberapa lama, Guntur muncul dan menyapa kami, “Halo…maaf ya, bikin nunggu. Kita rayain naik jabatan Gua dan Husni hari ini,” kata Guntur. Kami menikmati sungguhan dan makanan, kami menikmatinya. “Gun, tadi siapa? Kok beda sama yang ada difoto. Jangan-jangan?” tanya salah satu teman kami berpesta. “Iya.. dia Ninik calon istri keduaku. Maaf aku baru kasih tahu sekarang,” kata Guntur langsung. Pernyataan Guntur membuat kami terkejut dengan pengakuannya.”Kamu bercandakan?” tanyaku. Aku terkejut, citra yang kami tahu dari Guntur adalah orang yang kupikir cukup baik. Guntur mengangguk kemudian membuka suara,” Ini kenyataan, aku kepicut dengan Ninik, yang awalnya pejaga Flatku,” kata Guntur.

“Maksudnya?” tanya kami berbarengan. “Dia pembantuku, yang jagain flatku untuk meeting sama Klien. Namun akhirnya aku cinta dia, kami bersama. Sekarang udah sekitar 6 bulan hubungan kami. Kami mau menikah. Jadi aku minta bantuan nih, kami mau kan?” tanya Guntur. Kami terkejut, meski untuk ukuran sekarang situasi ini bisa terjadi kapan saja. “Sebentar Gun, kami mau nanya kamu udah dapat izin belum. Terus alasan kamu mau resmikan hubungan ini apa? Soalnya masalah rada berat nih,” kata temanku yang lain. Mungkin alasan inilah yang membuat kami, diajak untuk berkumpul. Ninik pun muncul dan duduk disebelah Guntur. Ia mengetahui kini alasannya ada dibicarakan akan dipertaruhkan.

“Gw udah dapat izin. Awalnya aku mau rahasiain ini sama kalian, namun dua bulan ini, Istriku sakit dan gak bisa layanin Gw. Dia minta untuk cari istri lain,” katanya. Ia pun mengeluarkan surat pernyataan dari istrinya. Kami pun mulai membicarakan apa yang sebaiknya terjadi, hal ini dimulai dengan perdebatan dan saling berargumen. Hal ini berujung pada satu keputusan, kami bersedia membantu, dengan mengadakan pernikahan di Flat dengan target berberapa hari dari sekarang. Hal ini ditambah jika ada masalah nanti kami tidak menanggungnya. Karena situasi sedikit ruwet, temen-temanku meminta diri untuk pulang. Aku pun ikut pulang, dalam perjalanan aku memikirkan kasus Guntur.

Masalah yang pelik namun ia mampu menyakini kami untuk membantunya. Aku pulang, rumah terlihat sepi. Aku masuk Leila tidak ada, aku pergi kekamarnya. Aku takut Leila kabur, ternyata itu tidak terjadi. aku masuk ke kamar Leila. Gadis itu tertidur dengan pulasnya, ia merasa lega dengan adanya Leila dikamarnya. Tanpa sadar Tangan Kananku jatuh kepalanya, aku mengelus-elus kepalanya. Aku tidak tahu apa yang terjadi, semakin berjalan waktu timbul perasaan sayang dan peduli teramat dalam untuk Leila. Aku menjadi tidak ingin berpisah dengannya, maka daripada aku bertindak lebih jauh aku keluar dari kamar Leila dan masuk ke kamarku sendiri. Malam itu tidurku sedikit berat, karena aku memikirkan perasaanku kepada Leila.

Pagi harinya, aku berangkat kerja. Leila menyiapkan sarapan, ketakutan masih ada dirinya. Aku merasa sedikit bersalah, namun jika Leila mengetahui perasaanku maka urusan makin pelik. Aku berangkat kerja, dengan masalah itu. runtinitas kerja membuatku sedikit terhibur. Namun aku juga mengecek CCTV rumah untuk memastikan sesuatu aman. Rumah dan Leila cukup aman, menjelang makan siang aku pergi dengan temanku untuk membantu Guntur. Untunglah Guntur sudah mengurus berberapa surat dan izinnya. Aku dan temanku hanya memastikan untuk menyiap hal-hal lainnya, kami pun berhasil mengurus urusan yang serba mendadak. Sabtu ini, Guntur akan menikah. Dengan pernikahannya, urusan kami akan selesai. Hal menjadi cukup gila, karena kami terkesan mendadak hanya berberapa hari sebelum menikah.

Semua kami lakukan dengan alasan keakraban kami sebagai sesama rekan kerja. Aku bahkan memikirkan untuk membawa Leila untuk membantu rencana kami. Alasan sederhana, Leila akan membantu untuk Ninik untuk menyiapkan Flat dan makanan kami saat pernikahan. Leila awalnya terkejut dengan permintaanku. Namun dengan bujukan, ia mau. Maka Aku dan Leila berangkat ke Appartement Jumat Malam untuk menginapkan Leila. Kemudian bersama Guntur aku mengantarnya pulang ke rumahnya. Itulah rencana kami agar rencana pernikahan Guntur bisa terlaksana. Namun ternyata, rencana ini bukan hanya memiliki babak baru bagi Guntur namun bagi aku dan Leila. Dalam perjalan ke Rumah Guntur, kami sempat berbicang dalam mobil.

“Hus, kamu gak pernah canggung dengan Leila?” tanya Guntur. “Gak kok, hanya belakangan ini. ada teman lelaki Leila dan saya tidak suka,” ucapku dengan serius. “Maksudmu apa? Kok hanya ada teman saja kamu tidak suka?” tanya Guntur pada aku. “Aku gak suka saja. Aku tidak tahu, belakangan ini aku merasa aku semakin membutuhkan Leila,” kataku. “Apa kamu mulai mencintainya?” tanya Guntur semakin serius. Pertanyaan Guntur sedikit membuatku tidak terlalu nyaman. Aku mengakui, semakin lama aku bersikap menjadi atasan dan pembantu tidak terlalu membuatku membuatku penting. Aku semakin menganggumi bagimana Leila sebagai Perempuan yang mampu mengurus rumah dan mengurusku. Bahkan perkerjaanku sekarang meningkat 6 bulan ini yang justru diganjar kenaikan posisi.

Sejujurnya aku ingin memiliki istri yang mengurus rumah dan keluarga, posisi yang tidak kudapatkan dengan Mantan Istriku. Sedangkan perhatian dari Leila yang sekarang, membuatku aku memiliki perasaan yang dalam kepadanya. “Aku gak tahu, semakin lama aku semakin membutuhkan Leila. Dan aku tidak ingin ia pergi,” kataku. “Apakah kamu mencintainya?” tanya Guntur kepadaku. “Aku tidak bisa menjawabnya sekarang,” kataku dengan singkat. Guntur tersenyum penuh arti, singkat cerita Guntur aku antar pulang. Aku pulang, dan kembali beristirahat karena aku sudah cukup lelah. Besoknya aku berangkat untuk menjemput Guntur dan berangkat ke Appartement Guntur. Sesampainya disana, kami menunggu teman-teman kami datang juga Penghulu.

Pukul 10.00, semua teman daatang. Demikian Penghulu perkawinan dan Akad Nikah dilaksanakan. Acara cukup sederhana, karena hanya sedikit orang datang. Terlebih istri Guntur tidak datang, meski surat izin menikah dari istrinya sudah ditangan. Pernikahan pun terlaksana, dan diakhiri makan siang. Aku pulang bersama Leila pada Sore hari, lebih lama dengan teman-teman yang lain. Leila memilih membantu Ninik. Setelah selesai baru kami pulang, aku meminta Leila duduk disebelahku. Setelah kami masuk kedalam mobil kami. Aku memacu mobilku. Perjalanan dari rumahku dan Appartement tidak jauh perlu waktu 1 jam untuk sampai. “Leil, gimana Appartement teman saya? Nyamankan?” tanyaku. “Saya bingung pak, tidak tahu mesti belanja makanan dimana? Atau tetangganya cukup pendiam,” ucapnya.

“Oh gitu, yah. Padahal saya rencana kita pindah ke Appartment nih,” kataku mengodanya. “Jangan pak, nanti saya gimana?” tanya Leila. “Maksudnya?” tanyaku singkat sambil menoleh kesamping. Nanti Bapak pergi kerja saya kesepian. Saya gak suka di Appartement,” ucap Leila sedkit manja. Tiba-tiba jantung berdetak cukup kencang. Aku terkejut dan menyukainya. Leila kemudian meralatnya, “Maaf maksudnya saya. Saya gak terlalu paham sama orang disana. Jadi nanti cangung jika mesti tinggal disana,” katanya seakan memperbaiki perkataan tadi. Namun ia menoleh jendela dan megigit bibirnya. Itulah yang aku lihat dari bayangan dijendela. Kemacetan dan Hujan sedikit melambatkan kami untuk kembali ke rumah. Padangan kami hanya terlihat kemacetan kota Jakarta.

Aku memutuskan untuk mengajak Leila makan dulu di Tenda pinggir jalan, setelah itu kami pulang. Menjelang pukul 8 malam, kami kembali. karena kami sempat kehujanan saat makan. kami pun masuk rumah. Aku memakirkan mobilku depan rumah bukan di garasi. Badan kami sudah kebasahan, jadi kami masuk kedalam rumah. Hujan masih turun dengan deras sekali dan kita harus berlari tidak kehujanan lagi. Setelah masuk, Leila bergegas ke dapur walaupun dengan badan yang basah kuyup Leila menyodorkan handuk kering kepada aku. “Pak badannya dikeringin dulu nanti sakit,” ujarnya. Aku terdiam, namun ia maju dan jijit menempelkan handuk dikepalaku. Aku terharu sekali dengan perhatiannya, telah lama aku haus akan kasih sayang seperti itu.

Aku menggengam tangannya yang masih memengang handuk. Aku terima handuk tersebut sembari memandangi wajah cantiknya yang basah. Air diwajahnya menambah kecantikan polos wajahnya bahkan diruang tamu ini, cukup gelap, hanya sinar lampu teras dan taman yang masuk dalam rumah. Wajar saja kami baru saja pulang, aku mengambil handuknya. Hal itu bersamaan dengan ia kehilangan kemampuan menjijit yang memang tidak terlalu lama. Setelah aku menyeka wjah dan kepalaku. Aku menyeka wajahnya yang cantik itu, “Kamu juga LeIla, aku tidak mau kamu sakit. Aku butuh kamu Leila,” kataku sambil melanjutkan meyeka wajahnya. Dia tekejut sekali dan menunduk sambil berkata,“Bapak apa-apaan sih ? Leila disini bekerja untuk bapak,” ucapnya dengan suara yang lirih.

Ia sedikit malu dengan apa yang terjadi. ia seakan ingin menolak aku meyeka wajahnya. Sementara aku tidak menahan apa yang kurasakan selama ini. Aku ingin Leila mengetahui apa yang kurasakan.“Gak Leila kamu seperti perempuan yang lain, kamu cantik sekali,” kataku dengan jujur tanpa sangsi. Kemudian kupeluk badannya yang sexy itu Kepalanya tepat berada di dadaku. Pada saat kupeluk dia mengencangkan badannya seolah menolak, tapi melemah seolah menerima saat aku melingkarkan tangan dengan sempurna. “Pak, jangan pak… Leila takut,”ujarnya dengan lirih. Aku mengelus rambutnya dibelakang. Kemudian mencium kepalanya. “Tapi apa aku salah jika aku sayang sama kamu Leila?”.kataku mencoba membuka perasaanku.

“Sudah ya, pak. Bapak gak salah mencintai orang lain. Tapi, saya pembantu, bapak atasan saya,” pinta Leila. Aku melepaskan pelukanku, “Kamu tidak mencintai saya, Leila?” kataku menanyakan kepastian. Leila diam, aku berbalik dan mengunci pintu, kemudian mengampiri dia. “Saya tidak bisa menjawabnya pak. Saya buatkan teh hangat dan air hangat untuk mandi. Nanti bapak sakit,” katanya lalu berbalik hendak menyudahi pembicaraan. Aku mengenggam lengannya. Aku menariknya otomatis Leila seakan terseret dan mencari keseimbangan karena takut jatuh. Kesempatan itu aku gunakan untuk memeluk lagi. Badan Leila mendadak lemas tak berdaya, aku menunduk dan mendaratkan bibirku pada keningnya. Ia terdiam tidak melawan.

Aku semakin menikmati perasaan ini, aku meneruskan naluri ini, terus merayap ke mata terus ke hidungnya seolah menyapu wajahnya yang halus dan putih. Suaranya yang halus dan mendesah terus mengucapkan. “Leila takut pak, Leila takut”. Tetapi gerak badanku terus menggeliat di badannya. “Tenang Leila Kamu aman bersama aku,” bisikku ditelinga kanannya. kuhinggapkan bibirku yang tebal di bibirnya yang tipis. Kuhisap lembut bibir bawahnya, sembari aku mainkan lidahku di mulutnya. Terasa di balik payudaranya yang montok itu detak jantungnya yang berdegup kencang. Demikian jantungku semakin kencang namun perasaanku nyaman dan senang. Aku yakin mencintai Leila, kini aku menunggu tanggapannya. Tidak berapa lama, Ciuman Leila membalasnya, ia mencoba menanggapi permainan bibir dan lidahku.

3 menit kami berciuman, “Sudah pak, saya siapkan air hangat pak. Maaf saya salah sudah melakukan itu, saya…,” katanya. Belum sempat ia melanjutkan perkataannya. “Leila, tidak perlu,” kataku dengan berani. “E….,” ia mencoba berkelit, aku mengambil tangannya. Kami berjalan menuju ruang makan dibelakang. Aku dudukan ia disalahsatu kursi. Aku menciumnya lagi dia membalasnya. Aku terbayang waktu mengintipnya dulu. Kuberanikan tangan kanan menelusup ke balik bajunya yang basah tersebut dan kususupkan jari jemariku ke pangkal payudaranya yang halus sampai berputar-putar di sekitar aerolanya. Aku melepaskan ciuman. Suara Leila keluar dan semakin melemah. “oh…Pak.. Pak mmhh…”. Suara Leila parau. Leila tahu apa yang aku lakukan, Leila berusaha melipat badannya agar aku sulit meraih payudaranya.

Namun Leila seakan tidak sepenuh hatinya melarang perbuataanku itu. aku dengan muda membalikan badannya yang dtutupi. Leila tak berdaya. Begitupun ketika tangan kiriku menelusup ke dalam selangkangannya kemudian rok panjangnya ku coba menyingkap ke atas. Dia berusaha menutup pahanya rapat-rapat, tapi akhirnya melemah ketika jari tengahku berhasil menyentuh celah kemaluanya yang berlendir dibalik celana dalamnya yang kumal, kini tak ada kata-kata lain yang terucap dibalik desahannya selain.“Pak …ohhh…mmhh… Pak… Pak…”.Sekarang intensitasku berpusat di kemaluannya, kumainkan klitorisnya dengan gerakan berputar dan sedikit menekan, cairan lendir terus mengalir dari kemaluan Leila sampai ke liang duburnya. Leila merasakan rasa yang belum dia tahu.

Memang benar kata orang, kalau wajahnya putih kemaluannya cepat basah. Ketika jari tengahku mulai menyusup ke liang kemaluannya Leila menahan tanganku sembari berkata.“Pak Leila masih perawan pak.. jangan lakukan itu ya pak,” ujar dengan kata memelas. Kuhormati permintaannya. Dilain pihak kugantikan peran tanganku yang di dada dengan mulut, kubuka baju putihnya yang tinggal hanya BH kumal yang telah kukendorkan. Kumainkan lidahku di sekitar puting dan aerolanya, Leila semakin menggelinjang tanpa bisa di kontrol lagi, desahannya berubah menjadi erangan-erangan halus. “Aaarghh..! Arrghh,” erang Leila saat menerima permainan lidahku. Aku melirik wajahnya, Wajahnya yang putih polos berubah menjadi merah seperti udang rebus.

Tangan kiriku merasakan perrubahan di Vaginanya menjadi lebih tebal dari sebelumnya. Di telinganya kubisikan. “Leila aku sayang sama kamu, aku mau kasih sesuatu yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya aku akan memberikannya. Tapi aku tak mau memaksakan kamu, karena aku tak mau menyakiti kamu,” ujarku membujuk. Mata polos Leila berbinar sembari memandang ke arah mataku.Namun, ia mendorongku. Aku merasa ia menolakku lebih jauh, aku bangkit dan berbalik menuju kamar. Aku perlu memenangkan diriku, ketika hentak berjalan. Tangan Kanan Leila menahan Tangan Kananku. Aku Berbalik, “Leila mau memberikan ini untuk bapak, Tapi hanya kali ini. Satu lagi jangan ceritain ke yang lain ya pak ?” pintanya.

“kamu takut apa Lei?” tanyaku. “saya takut kita terlalu jauh. Tapi saya…” ujarnya. Aku seakan menadapatkan kepercayaan diri. Dari kursi Leila kugendong ke kamar dimana telah lama tempat tidur itu dingin setelah perceraianku. Leila awalnya canggung saat memasuki kamarku, namun aku kini yang akan membimbingnya untuk menikmati mala mini. Aku rebahkan Leila, kemudian bersiap melakukanya. Di tempat tidur itu kutanggalkan seluruh pakaiannya sehingga yang tersisa hanya badan bugilnya yang putih. Begitu pun aku menanggalkan pakaianku tanpa sehelai benang pun. Setelah mala mini, kami akan berbeda menjalani hidup kami. Aku mulai permainan dari awal dengan menciumi wajahnya, kemudian lehernya. Kutanamkan kepercayaan kalau aku sayang sama dia. Sembari mengusap keningnya kuciumi putingnya.

Pelan-pelan kuhisap puting susunya yang bulat dan kemerahan. Tangan kiriku memainkan klitorisnya yang basah. Badan Leila menggelinjang kuat sembari mendesah manja. “Aaah…Pak…aahh… hmm…aah,”desah Leila menikmati permainanku itu. Setelah puas bergumul dengan payudaranya, bibir aku terus merayap ke bawah, dan hinggap di belantara bulu Vaginanya yang halus. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar sampai terlihat celah kemaluan yang memerah dan berlendir, kusapukan lendir yang membasai mulai dari celah dubur ke atas sampai ke klitoris dengan lidahku. Aku masih memainkan biji klitorisnya dengan lidahku dengan gerakan memutar dan memijat, Leilaa perempuan polos itu perlahan berubah menjadi macan betina dia mengelinjang hebat disertai jeritan-jeritan manja ketika bibirku mengigit pelan klitorisnya.

Kedua pahanya terasa keras menjepit kepala aku, sembari memekikan erangan. “Pak! Aarrgghh aarrgghh pak, Leila kenapa nihh rasanya ada yang mau keluar pakk.. Leila gak kuat mau ngeluarin pak !”. Kemudian jepitannya melemah sambari menggeliat keringat birahi disekujur badannya membuat badannya menjadi seperti berminyak. Ternyata dia mengalami klimaks untuk pertama kalinya, kemudian kuciumi wajahnya yang berkeringat tersebut. “Kamu bahagia Leila?” aku bertanya padanya. Matanya berkaca tapi mengangguk. “Kamu akan mendapatkan kenikmatan yang lebih dari ini LeIla,” ujarku melanjutkan. Ukuran Penisku sudah ukuran maksimal, bersiap menutaskan hasrat kami. Kami berhubungan badan. Secara perlahan aku arah Penisku, kedepan Lubang Vaginanya. terasa degup jantungku bertambah keras ketika kepala Penis menyentuh bibir bagian dalam Vaginanya.

Aku menjadi sedikit gugup, sama seperti aku melakukannya pertama kali dengan pacarku dulu. “Pak jangan !” ia sedikit ragu, dia bergumam. Tenanglah, semua akan kamu nikmati,” kataku meneguhkan dirinya. Sedikit demi sedikit kepala Penisku melesat ke liang kemaluanya, Leilaa sedikit meringis saat Penisku masuk. Selain ia meringis, Leila kembali desahan manjanya. Lama juga kutekan-tekan kemaluanku di liang kemaluannya, agak susah ditembus karena bibir kemaluan bagian dalamnya cukup tebal. Setelah perjuangan yang cukup lama akhirnya baru kepala kemaluanku yang masuk, aku kemudian memeluk badannya erat sembari membisikkan.“Maaf ya sayang ini agak sakit, masalahnya kamu masih perawan,” ujarku memberikan alasan yang umum.“Pak Leila sayang sama bapak,” kata Leila menyatakan perasaannya.Kemudian “Bless!” kudorong kuat kemaluanku diserai jeritan halus Leila
“Aaahh!,”

Aku mulai menggerakan pinggulku untuk memainkan Penisku yang kini sudah memasuki Vagina Leila. Kucium bibirnya,kucium leher dan dadanya,Kemudian pinggangnya berusaha untuk mengimbangi gerakan maju mundur genjotan yang aku lakukan. Bila aku semakin menekan Penisku, Leila akan mulai mengikuti mendorong pantatnya keatas untuk menyambut gerakanku dan kemudian secara cepat mengayunkan pinggulnya ke atas bawah bergantian. Seperti kami memiliki koneksi untuk memahami apa yang akan aku dan dia akan lakukan. “Aaaaaccchhh,,,, pak ooohhh…,” desah Leila yang mulai merasakan sakit, akibat selaput dara yang robek. Aku menambah kecepatan aku memompa Vaginanya, “Agghh agghh… bapak kok gak bilang-bilang oohh oohh… meme Leilaa sakit pak !” ujarnya saat pertama kali.

Namun sering waktu dan ia mendesah, ia mulai menikmati permainnya. Ini. “ohhh…ah… enaaaaakkkk banget ,desah Leila saat rasa sakit mulai hilang dan diganti dengan rasa nikmat persetubuhan ini. Badan Leila menggeliat liar mengikuti gerak pinggul, gerakan semakin cepat naik turun semakin kupercepat seiring dengan kenikmatan yang kurasakan. Ketika pinggulnya menarik kebawah terasa sekali bibir kemaluannya seperti menyedot kemaluanku,akupun mengerang kenikmatan. Permainan semakin mengila, Kedua pahanya yang putih kuangkat dan kubengkokan ke atas tanpa basa basi langsung kulesatkan kemaluanku yang tegang lagi ke liang kemaluannya. “Aaaaaccchhh,,,, teruuus pak lebih kenceng… Leila pengen keluaaar… ooohhh…” Pinta Leila yang langsung merasakan orgasme dengan cepat. Kemudian aku menggenjot lebih cepat dan sambil kugigit putting payudaranya dan selang beberapa saat. “Oooooohhhh… keluar pak… saya keluaaar…”ujar Leila sambil mendesah.

Cairan kenikmatan keluar dari lubang Vaginanya meski Penisku masih tertancap pada Vaginanya. Leila merasai kenikmatan itu, “Coba kamu yang gerak LeIla,” pintaku untuk berganti posisi. Leila duduk tepat diatas pinggulku, dengan sedikit kikuk dia berusaha menggerakan pinggulnya. “Aghh.. Eaghh… Leila gak kuat Pak… ngilu di memek Leila,”ujar Leila memanja.Memang dengan posisi dia di atas tekanan k emaluanku di klitorisnya semakin kencang. Kemudian kubantu menggerakkan pinggulnya dengan tanganku. “Terus sayang gerakin,” kataku menyemangati.Leila melakukan meski masih berkata manja, “Ahh Pak ngilu, tapi oh…mmmph..,” ia mendesah kembali.Aku gak hiraukan sekarang kubantu gerakan pinggulku ke atas dan kebawah.Leila terus mengerang kuat, tapi lama-kelamaan dia bisa menggoyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang.

“Terus sayang… terus” aku bergumam Leila telah pinter sekarang, Gerakan Leilaa semakin hebat dan menekan semakin kuat. ia semakin menggila dan bergoyang goyang diatasku. Jujur itu hal terbaik, melebihi saat aku meperawani mantan istriku dulu.Payudaranya dengan liar bergelantung dan saya langsung meremas remas. Leila semakin tambah ganas, seperti menaiki payuan kuda. Semua Gaya dia lakukan, maju mundur, naik turun dan goyang ngebor dia lakukan. 15 menit kemudian, aku klimaks. “Leila gak tahan Pakk ,” katanya kembali orgasme. “oh… Leila,aku sama, kita Keluarin aja sayang…,” ujar sedikit terbata. Leoa kemudian memelukku erat-erat sembari menjerit. “Ooohh! Aaagghh!! Leila keluar pak ! Arghhh…,”desahnya kembali. “Gantian aku yaa,” ujarku aku ingin menguasai permainan ini.

Kemudian dengan cepat, tanpa melepaskan kemaluanku pada kemaluannya kubalikkan, sekarang badanku di atas dan kedua kaki pendek Leila melingkar di dada aku, kumainkan lagi gerakan naik turun, kurojok-rojok kemaluannya selama beberapa menit, keras terdengar suara ciplakan air yang membanjiri kemaluan Leila, terus kutekan sekuat-kuatnya vagina Leila dan.“Leila aku keluar..oh…Leila…,” desahku. Sejurus kemudian “Paakk Leila jugaa argghh ,”. Desahnya. “Croooooot…. Croooooot,” Seluruh spermaku tumpahkan ke dalam Vagina Leila. Hal sama terjadi pada Leila yang mengularkan cairan kenikmatan lagi. 3 jam waktu yang kami habiskan untuk bersetubuh. Aku menutupi tubuh akund an Leila dengan selimut dan menjalankan AC untuk lebih dingin. Entah karena panas bersetubuh, meski sebetulnya masih hujan.

“Bapak menikmatinya?” tanya Leila. “Sangat menikmati, Leila. Kamu ?” tanyaku. “Iya pak. Aku mencintaimu pak,” katanya. Kemudian kami tertidur sampai pagi.

Bersambung

EPISODE 2

DOWNLOAD VIDEO MESUM TERBARU