"Mamah nyuruh Mindi buat bangunin kakak, mamah bilang suruh bangun, mandi karena sebentar lagi kita pergi kerumah Grace" teriak Mindi sembari menimpah tubuhku yang saat ini dalam tengurap.
Mindi adalah adik ku yang masih kelas 5 SD. Cantik putih dan menggemaskan nanum bawelnya itu yang selalu membuatku geleng kepala dan merasa kesal dengan ocehan yang tak berhenti.
"Ndi, udah deh jangan ganggu kakak kamu dulu. Bentar lagi kita bangun Kok" suara serak khas bangun tidur dari wanita di sebelahku membuat Mindi kicep dan tak berani bawel lagi. Apalagi setelah kakak tertua sudah bertitah kami tak bisa berkutik di buatnya. Dia gadis yang saat ini tidur di sebelahku, dengan posisi miring ke arahku dan tangan memeluk perutku. Kak Daisy namanya sosok tegas dan anggun, cantik dan menawan. Apalagi dengan bentuk tubuh yang indah, lekuk tubuh yang pas dan di topang dengan bongkahan pantat dan dada yang montok itu selalu saja membuat beberapa pria bertekuk lutut dan rela melakukan apa saja demi bisa mendapatkan perhatian dari kak Daisy.
"Bilang sama mamah, sebentar lagi kak Doni turun. Kalo mamah banyak, kak Daisy yang bakal suruh kak Doni siap-siap" ucapnya lagi membuat Mindi dengan bibir manyun perlahan turun dan keluar kamar.
Kak mindi membuka kelopak matanya. Menatapku dengan sorot indah dan sudut bibir sedikit terangkat. "Pagii" ucapnya yang mau tak mau membuatku membuka mata, menatapnya dan membalas senyumannya.
"Pagi" balasku merubah posisi tidurku, menatapnya sebentar sebelum aku mencuri cium pagi miliknya. "Kecupan lembut di bibir sebagai hadiah Manis untuk mu" ucapku dengan jarak wajah yang hanya beberapa senti dari wajahnya.
Kak Daisy terkekeh pelan sebelum merangkulkan kedua tangannya di leherku, mengelus wajah ku dengan lembut. Posisiku saat ini membuat gairah ku kembali, namun sebisa mungkin ku tahan mengingat jadwal dari nyonya besar yang sebentar lagi akan berpergian. "Kayaknya aku bakal nahan setengah mati deh kak." ucapku sedikit mengerang saat juniorku sudah menegang di bawah sana. Apalagi saat ini dengan nakalnya tangan kakaku sudah bergerak turun, mengelus pelan dengan putaran kecil di puncak juniorku.
"5 menit bisa nuntasin nggak?" ucapnya sedikit mengedip dan mengigit bibir bawahnya, sungguh tingkah yang begitu mengodaku, tak menunggu lebih lama lagi segera saja aku melumat bibir tipisnya, mengisap dan memainkan lidahku di dalam mulutnya, bertukar ludah dengan desahan nikmat yang selalu membuatku tergila.
Tanganku tak tinggal diam, dengan tubuh polos tanpa busana setelah pertempuran kami semalam malah memudahkan ku untuk menggerayangi tubuh kakak. Perlahan ku gerakan sebelah tangan mencari sasaran empuk kenyal yang selalu membuatku menggila, bongkahan indah dengan pentil merah muda menantang, perlahan aku meremas, mencubit pelan puncak payudaranya.
Perlahan cumbuanku turun, mengecup setiap jengkal wajahnya. Rahang bergerak turun ke leher, dan terus turun hingga aku menemukan bulatan indah milik kakaku. Aku menjauhkan wajahku guna menatap keindahan pagi yang berhasil mendobrak gairah remajaku.
"Cantik dan indah seperti biasa", ucapku sebelum menyesap sebelah putingnya dengan tangan kiri meremas payudara sebelah kanannya. " ssshhhh,,, ohhh" desahan itu terus keluar dari mulut kakaku, tangannya perlahan meremas rambutku dengan kenikmatan yang ia dapatnya.
Tanganku bergerak turun, menuju belahan indah yang selalu membuatku tergila, itil kecil itu kumainkan dengan jempolku, sementara jari telunjuk dan jari tengahku memainkan loban vaginanya.
"Memekmu selalu becek kak" ucapku menggodanya, hingga rona merah itu terlihat di kedua wajahnya. Aku kembali memainkan lubang kenikmatan itu dengan jariku, wajahku perlahan turun. Menatap indahnya belahan vagina yang masih rapat dan indah itu, ku kecup pelan. Dengan lidah kumainkan perlahan itilnya yang sudah basah. "Ohhh, donnn... Shhh, terusss sss ohhh" desis kenikmatan saat vaginanya sudah kujilati dengan lahapnya. Bahakan tanganku pun tak tinggal diam. Saat lidahku menghajar itilnya, jari tengah dan telunjuk ku sudah dengan lancarnya keluar masuk dalam vaginanya.
"Ohhh,,, kaaakk keluar, donn keluaarr,,,!!" teriak kakak ku dengan tubuh menegang dan bergetar hebat. Aku tersenyum melihatnya. Dengan lidah yang masih memainkan itilnya memberikan kenikmatan lebih pada kakak ku.
"Masukin Don. Kakak udah nggak tahan" aku tersenyum. Tanpa menjawab aku menegakkan tubuhku. Tubuh yang memang dari semalam polos memudahkan ku yang tanpa harus repot membuka printilan pakaian. Memposisikan batangku pada lubang vaginanya. Tak langsung ku masukan, aku sedikit menggodanya dengan menggesek kepala kontolku di sela lipatan memek kak Daisy, hingga ia mengerang pelan dengan memajukan pantanya menuntut kontolku masuk.
"Pliss donn. Ahhh,,, kakak udah nggak kuat lagi..."
Melihat rengekan sexy itu membuatku langsung membenamkan kontolku masuk. Sempit masih kurasa. Dan lenguhan pelan di sertai desahan pelan semakin membuat gairah ku melonjak.. "Ahhh. Terruss donn.. Ahhh.. Ssss enak banggghett"
Plok plok plok aku memompa pelan memek kakaku, memberi kenikmatan perlahan dan demi perlahan. Mendaki serangga demi setangga menuju puncak kenikmatan yang selalu ku damba, aku selalu suka dengan empot ayam milik kak Daisy, memeknya memang yang selalu ku suka dari sekian banyak lubang kenikmatan yang sudah ku coba..
Plok plok plok, perlahan aku menambak intonasi kecepatan genjotanku. Membuatbkak Daisy mengerang dan mendesah nikmat. "Ohhh.,,, Don Don Don.... Kakak mau keluuaaar... Ohhhh. Aahhh"
"Ahhh,,,, bareengggg ss kkak... Doniii ahhhh"
Crootttt crootttt crot aku Muncar di dalam bersamaan dengan kak Daisy yang melenguh nikmat.
Ku tatap wajahnya yang tersenyum menatapku. "Makasih kak" ucapku mengecup bibir tipisnya. Aku belum beranjak. Masih menancapkan kontolku dalam memeknya. Hingga beberapa saat baru aku mengeluarkan. Ploop bunyi di sertai lenguhan panjang dari kak Daisy membuatku sedikit meringis sebelum mengecup bibirnya lagi. Aku memasukan kontolku lagi kedalam memek kakaku, ingin merasakan empotan ayam yang selalu membuatku melambung ke awan.
"Emm pantes aja, mamah tungguin dari tadi kirain kemana taunya nambah" suara itu membuatku dan kak daisy menoleh. Di sana mamahku yang masih cantik dan sexy yang hanya mengenakan apron tanpa pakaian lagi di dalamnya bersandar di pintu dengan tangan yang menggendong Dion, adik terakhirku yang masih memainkan puting besar milik mamahku, mamah manatap kelakuan kami pagi ini dengan gelengan pelan. "Cepet turun, kita sarapan bareng" ucapnya sebelum berbalik dan berjalan melenggok dengan pantat sekal yang selalu membuatku nafsu. Dan itu juga yang berhasil membuat kontolku yang masih di dalam kak Daisy tegang.
"Lagi?" ucap kak Daisy dengan sebelah alis terangkat dan senyum tertahan.
Aku tersenyum canggung, menarik kontolku keluar lalu beranjak turun dari ranjang, "nggak deh, mau minta jatah mamah" ucapku meraih boxer yang teronggok di lantai dan mengenakannya asal.
"Dasar, kalo udah ada mamah aja. Lupa sama kakak!" rujuknya pelan dengan bibir mengerucut, "kan sama kakak udah semalaman. Gantian dong, mau sama mamah Doni tuh" ucapku sembari membereskan tripod kamera yang ku gunakan untuk livestream semalam.
"Iya deh iya. Lagian kakak udah nggak sanggup lagi ngeladeninnya kamu" jawab kak Daisy yang kini sudah duduk di atas ranjang.