Satu…..Dua….Tiga… Dorrrrr terdengar suara letusan pistol yang kemudian diikuti beberapa orang yang sedang berlari kencang di area lintasan lari yang diwarnai keriuhan dari para penonton yang sedang mendukung para jago dari desanya masing masing, memang perlombaan lari sangat digemari oleh masyarakat di kota Sugeng, seluruh lapisan masyarakat sangat menggemari perlombaan lari tak heran kalau olahraga Lari selalu menjadi primadona dan bahkan sudah menjadi sebuah acara yang wajib ada di setiap acara acara yang dilakukan di kota sugeng baik itu acara nasional menyambut hari kemerdekaan begitu juga pada saat acara tradisional.
Tidak heran semenjak dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas pun selalu membuat pelatihan pelatihan lari untuk para murid muridnya, bahkan setiap bulanya ada saja lomba lari yang diadakan di kota tersebut yang memang menjadi ajang pamor bagi desa desa ataupun sekolah sekolah yang saat itu memiliki seseorang yang menjadi juara.
Desa Sedoso adalah sebuah desa yang rutin memiliki jago lari yang mampu menjadi juara baik diacara acara lomba resmi ataupun lomba lari antar desa di kota sugeng, tahun ini dan sama dengan tahun sebelumnya terdapat seorang jago lari yang selalu menjadi juara di beberapa tahun terakhir ini yang bernama Roni.
Roni sendiri seorang pria bertinggi 173 cm berusia 25 tahun tubuhnya kurus namun kedua kakinya sangat kuat karena memang roni sedari kecil tinggal di sekitar pantai di desa sedoso dimana pasir putihnya terlihat bersih sekali roni sendiri memang sedari kecil suka berlari lari diatas pasir putih tersebut maka tak heran kalau kaki kakinya sudah sangat terlatih, dengan berbagai piala yang diraihnya roni pun menjadi sesorang yang angkuh yang selalu membanggakan dirinya di hadapan orang orang didesanya, Roni memiliki seorang istri bernama kartika seorang wanita cantik yang berusia 22 tahun dengan rambut ikal panjang berwarna hitam.
Istri Roni sendiri adalah anak satu satunya dari pak ahmad yang merupakan kepala desa di desa sedoso, dimana pak ahmad sendiri memang tergila gila pada perlombaan lari dan memang ia menghendaki kalau anaknya itu harus menjadi seorang istri dari seorang jago lari yang berasal dari desa tersebut.
Kartika sendiri tidak menghendaki pernikahan tersebut karena sesungguhnya dia sendiri tidak menyukai watak sombong roni namun ia sendiri tidak berdaya menolak kemauan ayahnya yang menginginkan ia menjadi istri dari seorang jago lari yang mampu menaikan pamor ayahnnya dan juga pamor dari desa sedoso sendiri.
Sebagai seorang gadis kartika sendiri menjadi perhatian tersendiri bagi seluruh pemuda desa di desa sedoso, bahkan kecantikanya sendiri menjadi buah bibir di desa desa lainya, bahkan banyak pemuda dari desa desa lain mencoba untuk mempersuntingnya namun selalu ditolak oleh pak ahmad, karena pak ahmad dari jauh jauh hari sudah menjanjikan anaknya yang sangat cantik itu untuk ahmad sang jago lari dari desa sedoso, dan setelah menikah kartika pun ikut tinggal dirumah roni yang berada di pesisir pantai dimana jaraknnya sekitar 5 km dari Rumah pak ahmad.
Meskipun dia terpaksa menikah dengan Roni namun dia tak sekalipun memasang wajah tak suka nya kepada lelaki yang saat ini menjadi suaminya itu, hari harinya dijalaninya dengan mencoba menjadi seorang istri yang baik bagi Roni sampai kini usia pernikahan mereka sudah 2 tahun namun dia merasa hampa, perasaan hampa itu kerap melanda dirinya dimana meskipun mereka tinggal serumah namun roni dirasanya tidak memberikan banyak perhatian untuknya dan selain itu meskipun roni seorang jago lari yang dielu elukan di desanya tetapi urusan ranjang roni tidaklah sejago kemampuanya dalam berlari, hal itu pun yang terkadang merenung seorang diri memandangi pantai dari teras depan rumah sambil menunggu suaminya pulang latihan.
Hari itu Roni yang tiba dirumah sudah malam segera bergegas untuk bebersih diri mandi dan setelah berpakaian menuju kerang makan untuk makan dan menonton tv setelahnya, bahkan setelah sampai dirumahpun roni belum sekalipun menegur istrinya yang sudah sibuk membersihkan piring piring kotor di meja makan dan mencucinya.
Selesai mencuci kartika kemudian menghampiri suaminya yang sedang menonton tv, iya pun kemudian berusaha untuk memulai pembicaraan dengan roni tapi suaminya itu terlihat enggan menanggapi pembicaraan istrinya dan terus melanjutkan menonton tv, didalam hati sebenarnya kartika ingin marah tetapi dia enggan untuk bertengkar, selama ini kartika memang selalu mengalah kepada suaminya karena selalu mengingat pesan dari ibunya pada saat hari pernikahanya ‘Baik Baik ya cah ayu jangan sedikit sedikit melawan suami, nggak baik, jadi istri harus sabar supaya berkah keluargane’.
Dalam hati sering kali kartika menangis dia merasa sia sia untuk berusaha menerima pria yang dijodohkan kepadanya namun pria tersebut tidak sedikitpun berusaha untuk memahaminya.
Seperti hari hari yang sudah sudah roni yang selesai menonton tv mengajak istrinya untuk berhubungan intim, kartika pun bergegas bangun dari kursi dan mengikuti suaminya menuju kamar, sesampainya dikamar rony pun menciumi bibir tika ‘Mucchhh…..muachhhh….’ tika pun membalas ciuman suaminya sembari melepaskan seluruh busana nya dan juga melepaskan busana dari sang suami.
sang suami yang memang sudah bergairah itu pun segera membaringkan kartika dengan kedua kakinya terbuka lebar yang kemudian roni memasukan penisnya kedalam lubang kenikmatan milik istrinya itu, dalam berhubungan roni bukanlah seseorang yang creatif ia sangat monoton dan hanya melakukan persetubuhan dalam posisi MOT.
‘Achhhhhh……oh……. ahhhh….’ roni mengeluarkan desahanya sambil memompa penisnya.
dimana 5 menit kemudian roni pun mempercepat pompaanya di lubang kenikmatan milik kartika.
‘Crottt…crottt…crottt’ Roni pun menembakan spermanya didalam memek kartika.
Setelah mengeluarkan cairan kenikmatanya roni pun kekamar mandi untuk mencuci penisnya dan segera tidur, sementara kartika masih terbangun dan melamun menatap ke langit malam dari jendela kamar tidurnya sementara suaminya sudah terlelap dalam tidur.
-Bersambung-
Update
Eps 1 - Page 1
Eps 2 - Page 2
Eps 3 - Page 4
Eps 4 - Page 7
Eps 5 - Page 12
Eps 6 - Page 15