Setelah Bu Desi mengenakan pakaian, aku pun pamit karena harus masuk kerja. Bu Desi mengatakan kalau ia masih disini 2 hari lagi, kata-katanya seakan mengajak ku untuk kembali bertemu, entahlah aku hanya bisa menerka.
Di kantor aku tidak bisa fokus bekerja, aku terus teringat perkataan Bu Desi saat pamitan, namun untungnya pekerjaan juga tidak banyak jadi amanlah. Sorenya sepulang dari kantor iseng-iseng ku sapa Bu Desi lewat WA, ia membalasnya dalam waktu cukup singkat, kami pun kembali terlibat dalam obrolan ringan, meskipun kadang chattingan mulai mengarah ke hal-hal yg sedikit mesum, namun Bu Desi tak menolak tidak pula memakluminya, ini membuatku makin penasaran dengan pertahanannya.
Seperti yg kuduga Bu Desi masih berharap untuk bertemu, ini kubuktikan lewat ajakan ku untuk ngobrol di cafe yg agak jauh di pinggir pantai. Obrolan pun tak jauh dari cerita masa lalu ketika aku masih remaja sesekali diselingi cerita-cerita tentang pribadi masing-masing, hingga Bu Desi menanyakan kehidupan pribadi dengan wanita, rupanya ia menaruh curiga padaku yg mau menghabiskan waktu dgnnya.
Aku pun terpaksa buka-bukaan seputar masalah pribadiku meski malu-malu, namun ia memakluminya, ini membuatku seakan punya tempat berbagi meski pada orang yg pernah menjadi panutan ku, ia mencoba mendukung keterbukaan ku, menganggap persoalan dalam menjalin hubungan itu biasa, karena sudah terlalu nyaman tak sengaja kuceritakan kehidupan sex ku dgn mantan kekasihku, ini membuatnya berkomentar, rupanya kamu udah nakal juga ya Zal, timpalnya, aku hanya bisa menahan malu didepannya.
Hehe,, abis gimana Bu kadang gak kuat juga nahannya, kataku. Makanya kalau sudah seperti itu kamu nikah, supaya tersalurkan hasrat biologismu, balas Bu Desi menceramahiku dgn suara lembut yang justru malah membuatku horny.
Karena asik mengobrol tak terasa sudah lewat pukul 10 malam, aku pun mengingatkannya kalau ini sudah larut, Bu Desi rupanya juga tak menyadarinya. Saat mau bayar tagihan Bu Desi menolak untuk kutraktir, ia mengatakan kalau aku sudah kerepotan selama dia ada disini. Biar Ibu aja yang bayar,,katanya sambil tersenyum.
Saat pulang kupacu motor dlm kecepatan yg agak tinggi agar lebih cepat sampai, rupanya Bu Desi ketakutan, ia memintaku jalan pelan saja. Aku tak menyadari kedua tangannya sudah hinggap di pinggangku sedari tadi. Namun tiba ditengah jalan ban belakang sepeda motorku bocor, membuatku berhenti ditengah jalan, kuperhatikan tak ada tempat tambal ban, aku pun meminta maaf pada Bu Desi, meski sedikit gusar ia pun memakluminya.
Karena lokasi bocor ban yg tak jauh dari tempat tinggalku, aku pun memberitahukan Bu Desi mungkin ia mau menginap, tanpa harus naik angkutan malam-malam ke hotel, Bu Desi sempat diam sejenak, hingga akhirnya ia mengikutiku mendorong motor masuk kesebuah lorong tempat ku mengontrak rumah.
Sampai di rumah kupersilahkan Bu Desi duduk disofa, kubereskan tempat tinggalku yang memang berantakan, maklum bu agak berantakan jarang dirumah soalnya kataku, Bu Desi hanya tersenyum mendengarnya, dalam hatiku meski sering dirumah juga gak dibersihin hehe. Bu Desi memperhatikan tempat tinggalku yg cukup nyaman dengan perabotan hasil keringatku sendiri, kamu tinggal sendirian ya? tanya Bu Desi, iya Bu..balasku.
Kutunjukkan sebuah kamar kosong yg sudah kubereskan pada pada Bu Desi, Ibu udah ngerepotin kamu nih,,kata Bu Desi. Gak apa-apa, ibu kan tamu dirumah saya. Tak ketinggalan kutunjukkan dapur dan kamar mandi pada Bu Desi. Setelah itu kami kembali duduk di sofa dan mengobrol sambil menonton TV, kuceritakan sedikit perjuanganku selama kuliah, melamar pekerjaan hingga bisnis-bisnis sampingan yg membuatku hidup nyaman, Bu Desi mendengarnya dengan bangga karena usahanya mendidikku tak sia-sia.
Tak lama kemudian Bu Desi pun pamit untuk beristirahat, aku pun mempersilahkannya. Setelah mengunci pintu, memadamkan lampu aku pun masuk kamar dan langsung tertidur. Tengah malam aku terbangun, kulihat jam dimeja kamar menunjukkan pukul 2 lewat, rasa ingin buang air kecil sepertinya membangunkanku, setelah buang air aku kembali masuk kamar dan kembali tidur.
Baru saja mataku terpejam suara pintu kamar sebelah terbuka membangunkanku, ternyata Bu Desi juga bangun, pikiranku mengawang entah kemana, tiba-tiba aku bangun dan duduk diranjang. Tak lama kemudian sayup-sayup suara gemericik air dari kamar mandi, Bu Desi sepertinya sedang buang air kecil juga, ku buka pintu kamar dan berjalan keluar, bersamaan dengan Bu Desi yg baru keluar dari kamar mandi.
Mau ke kamar mandi juga ya Zal? tanya Bu Desi dgn raut wajah kusut. Ia Bu kebelet pipis kataku berbohong, Bu Desi kemudian membetulkan rambutnya yg agak kusut sambil mengeringkan kakinya dikeset kaki, ia berdiri diposisi itu agak lama, tanpa mengenakan jilbab, celana kainnya ia singkap hingga betisnya terlihat. Aku berjalan lurus pura-pura ke kamar mandi, hingga langkahku melambat dan kebingungan.
Entah setan apa yg merasuki pikiranku, tiba-tiba aku berdiri di belakang Bu Desi saat ia hendak melangkah, gerak reflek kedua tanganku melingkar di pinggangnya membuat dirinya terkejut dan terjatuh kepeleset, auwww... Bu Desi menjerit kecil, aku pun terpaksa memeluk tubuhnya yg roboh kebelakang, sesaat kami terdiam dalam kondisi itu, ditengah kebingungan dan grogi karena niatku ketahuan aku akhirnya melepas pelukan, Bu Desi berjalan cepat kekamarnya meninggalkan ku diam seribu bahasa.
Aku kembali ke kamar, didalam aku tidak bisa tidur, kucoba memejamkan mata namun kembali memikirkan kejadian yg baru terjadi, Bu Desi pasti tahu itu bukan kecelakaan tapi niatku, ia pasti berpikir aku menjebaknya, ahhh setan apa yg merasukiku, aku sudah memperlakukannya dengan buruk.
Aku keluar kamar hendak meminta maaf, kucoba mengetuk pintu dua kali namun tak ada respon dari dalam, akupun melangkah pergi kembali kekamar, namun tiba-tiba pintu terbuka, ada apa zal? tanya Bu Desi, gak bu saya mau minta maaf, tadi saya khilaf kataku sambil menggaruk kepala, Bu Desi tersenyum melihat tingkah ku, aku pun mendekat menyodorkan tangan hendak minta maaf, namun Bu Desi malah mengangkat kedua tangannya ehh ehh kamu mau apa? dan..tiba-tiba aku malah memeluknya, hmm kamu ngapain Zal, kata Bu Desi mencoba melepas pelukanku.
Maaf Bu... kataku sambil memeluknya, karena sudah kepalang basah aku pun tak menyianyiakan kesempatan ini, kudekap tubuhnya cukup lama dan lumayan erat, tak lupa kukecup pipi kanannya, kucoba mencium bibirnya namun ia mengelak, sadar posisinya yg tidak menguntungkan akhirnya ia pasrah membiarkanku mencium dan melumat bibirnya dgn lembut. Kulepas pelukan, dan kupandangi wajahnya yg seperti orang salah tingkah, aku melangkah keluar dan kututup pintu, diluar aku kembali diliputi perasaan yg berbeda, bukan rasa bersalah tapi seperti rasa penasaran yg terpuaskan, disamping itu aku juga horny, namun ini tak mungkin kulampiaskan padanya, sebelum tidur aku masuk kamar mandi untuk masturbasi.
bersamung part 3...