“Eh! Apaan sih kamu!!?? Lepasin!!”
Rangga tahu jika Puput akan memberikan perlawanan seperti ini. Tentu ia langsung berpindah kembali posisinya ke depan lalu mendorong tubuh seksi Puput kuat2 sampai jatuh ke kasur.
“Ahh, Rangga apaan sih!! Lepasinn enggak!!!”
Rangga tidak meghiraukan pekikan kesal Puput. Ia berusaha keras menahan kedua pergelangan Puput agar tetap menempel di kasur. Puput memberikan perlawanan namun hampir terlihat sia2. Rangga sudah berada diatas tubuhnya sekarang.
“Ranggahh!! Ishh apa sihh Gaaa….!! Hahhh.. ahh!!”
Rangga memberikan kecupan di leher bagian kanan Puput. Ia juga memberikan endusan kuat sambil mengemut kulit halus Puput disana, membuatnya mengerang kaget.
“Anhanghh!! Ranggaahh!!”
Puput menutup kuat2 bagian yang dikecup oleh Rangga agar wajahnya tidak bisa meringsek kesana. Namun kali ini ia melepas pergelangan Puput dan berpindah ke bongkahan toket sekal Puput. Rangga meremasnya, mencubit puting susu yang tidak hanya tertutup kaos longgar merah tua, memijatnya kuat, serta tetap memberikan cupangan maut di leher kanan.
“Anghhagh!! Ranggahh janganhh ahh!!”
“Hnnhhh!! Hnnghh kalo elo enggak bisa diapa2in, cara satu2nya gw harus ngentotin elo Puthh!!” ucap Rangga yang mulai terbakar nafsunya.
“Hahh apa sih!!! Kok elo jadi ginihhh enngghhh!! Enggak ginihhh uhhh…!!”
Puput masih bersusah payah memberontak. Tenaga yang ia keluarkan dirasa sangat percuma lantaran Rangga sudah menyentuk beberapa titik sensitif tubuhnya. Terlihat samar bercak cupangan merah mulai timbul di lehernya, serta puting toket yang sudah mengeras tercetak jelas dibalik kaos yang dikenakan.
“Nggghhh… jangan Ranggahhh…”
Puput hanya bisa mencegah dengan mengeluarkan desahan putus asa. Hal tersebut malah membuatnya semakin seksi karena suaranya jadi terdengar serak dan basah.
ANJING! BENER AJA KAN MESTI GW GINIIN DULU NIH CEWE!! MELEYOT KAN LO JADINYA, HAH!!
Dengan kasar Rangga melepas kaos yang dikenakan Puput beserta celana pendek dan cd nya. Puput masih berusaha melawan di titik sisa yang ia punya, namun Rangga masih terlihat lebih beringas berusaha menjinakan Puput.
Sontak Rangga menelan ludah kuat2 melihat Puput yang sudah telanjang bulat. Dengan postur tubuh yang sangat seksi dan terawat (karena Puput rajin pergi ke GYM setiap tiga kali seminggu), toket yang kenyal sekaligus kencang, pinggul yang semampai, sampai di kewanitaanya yang terlihat merekah tembem dengan rambut kemaluan yang halus.
“Hahhh hahhh hahhh!! Anjing Put lo seksi banget!!”
Rangga mengelus bagian pinggang Puput naik turun. Sontak Puput mengelinjang sambil menekukan badannya kesana kemari. Sama seperti tenguk dan toketnya, bagian pinggang juga adalah salah satu titik sensitif di tubuhnya. Entah mengapa cukup banyak sekali titik erogen di tubuh perempuan jutek ini.
“Emmmhhh… mmhhh!! Rhanhahh!!”
Puput masih berusaha mendorong tubuh Rangga, namun dorongan tersebut berubah menjadi remasan karena jari tengah Rangga mulai mengelus bagian meki Puput yang sudah lembab.
“Ngghhhh!! Mau ngapain sihhh ennhh!!”
“Mhau colmekin lo…!!”
“Jhangann enhh!! Jangaann!! Lepasin jarinya enghhh!!”
Puput mendesah susah payah mencegah Rangga bertindak lebih jauh. Ia kesal, namun entah kenapa perasaan kesalnya malah membuat tubuhnya semakin terasa sensitif. Dengupan di dadanya juga semakin kuat dan darahnya berdesir deras, membuat sensasi seakan2 ada setruman listrik di titik kewanitaannya yang sedang dikocok perlahan oleh Rangga.
“Rhannghh ahhh!! Enggak mhauuu!”
Desahannya pun berubah dari yang tegas perlahan menjadi manja dan seksi. Ia sudah tidak kuat membendung nafsunya yang tidak bisa lagi diajak kompromi. Sekarang, semakin Puput merasa kesal, ia semakin merasa terangsang juga. Apa lagi meliat Rangga yang sudah sedikit demi sedikit melepas kemeja biru tua dan celana jeans ketatnya. Tepat di depan mata Puput postur tubuh kurus dan sedikit berotot sedang menimpa tubuhnya saat ini. Ukiran urat samar berwarna hijau keunguan juga terlihat di pergelangan Rangga yang sudah mulai intens memberikan kocokan brutal.
“Haoohh Rhannhhahh!! Ahh ahh ahhh anjiirr!! Ahh!!”
Rangga semakin terbelalak melihat ekspresi mesum Puput. Tatapannay terlihat sayu, wajahnya sudah memerah karena tenggelam oleh kobaran nafsu. Toketnya pun terkadang tanpa sadar ia remas sendiri karena muncul sensasi geli di bagian sana.
“Hahhh ahhh ahhh emmfffh…. mmmhhh…”
“Puuttt!! Elo seksi bangeett!! Hahh hahhh!!” puji Rangga ditengah dengusan nafsunya yang begitu berat.
“Eunnnhh… emmhh… udahhh… Rhannhahh gw enggak mhauuu!!”
“Enggak mau enggak mau, tapi kok tangan elo sekarang ada di qontol gw sihhhh… nnnhhh…”
Tanpa sadar Puput meremas kejantanan Rangga yagn sudah menegang kuat.
“Aehhnnn… enngg… enggak thaukk!! Engghh ahh udah ahhh…”
“Jadi mau enggakhh?”
“Ahhhnnhh… emmhh… enggaaakkhh… engghhh…” Puput menggeleng sebisanya.
“Bener nihhhh???”
Puput termakan sendiri oleh egonya. Ia benar bimbang antara menuruti akal sehatnya untuk tetap menjaga ‘pride’ nya, atau memberi celah untuk ‘inner devilish’ nya menguasai dan menjadi seksi dan… nakal.
“Ahhhh ahhh… hanjiinnggg!! Anjing lohhh… ennhhh…. Anjing lohoh Ranggahhh….!!”
“Lho kok ‘anjing lo Rangga’ ??? Jadi mau enggak nihhh…?? Kalo enggak ya gw lepas kayak gini nihhh!!”
Rangga menghentikan kocokannya sambil menunjukan jarinya yang sudah basah mengkilat akibat cairan cinta dari meki Puput.
“Ahhh… ennhahhh…!!! Enggak mau berhentiiiiiiii!!!” pekik Puput galak tapi manja.
Kena lo sekarang sama gw!!
Sontak ia pun mendorong kuat2 tubuh Rangga sampai terjatuh di kasur. Rangga pun mengaduh bukan karena kesakitan melainkan kaget lantaran Puput yang mendadak agresif.
“Aghh! Anjir mendadak jadi kuat nih orang!!”
‘PLAK!’
Tamparan keras mendarat di pipi Rangga. Ia pun kaget setengah mati namun juga bingung. Di depan matanya terlihat Puput yang sekarang menimpa tubuhnya sambil meremas kedua toketnya. Puput sudah memasuki mode wanita jalang.
‘PLAK’
Kembali tamparan tertempel di pipi Rangga. Kali ini ia mengaduh kesakitan, namun hal itu malah membuat Puput menderu seksi.
“Hmmmhhh…. Hhhnnhh… hnnnhh…”
“Puuutt… kan ditabok gini sakit..”
“Ennghh biarin aja anjinkk..!! Gw… engghhh gw…. Ennhhh shhhh… ahhh…” Puput terdengar sulit melanjutkan kata2nya. Jari jemarinya kali ini sedang sibuk mengobel meki basahnya yang merekah merah.
“Ennhhh…. Ini nihhh!! Ini nihhh!!! Engghh iniiihhh… anjing emang qontol inih!!!”
Puput mengelus batang qontol Rangga seerotis mungkin. Buah zakarnya ia remas kuas2 sampai Rangga memekik kaget kesakitan.
“Aghh Put ngilu!!!”
“Nnnhh oohh elo ngilu!!!?? Mhhh… mmmhhh iyahhh… elo ngiluukk??? Hahhh…??”
“Ahhh… iyahhh…”
“Oohhh gituhhh…. Enghhh sekarang gimana kalo gw giniihh hah??”
Puput berpindah posisi ke hadapan qontol Rangga sambil menungging terang2an menunjukan pantat semoknya.
“Hennnhhh… emhh cllpphh…”
Kecupan mungil dari tipis Puput menyentuh ujung kepala qontol Rangga. Kedua tangannya memijat kuat bagian tengah serta zakarnya.
“Cllhpphh… mmmhh… emuahhh… cllrpphh…”
“Ohhh… Put… anjing lahhh!! Enak banget wehh!!”
“Cllrpphh.. cllpphh.. emm hehehe…. Gw hap ya??” ucap Puput manja.
Rangga memberikan anggukan sengit karena sudah pasti ia akan dapat rangsangan nikmat tiada tara dari emutan Puput.
“Hauppp… emmmhhh… mmmhhh sllrpphh.. sllrrpphhh mhh…”
“Ahhh aghh Put anjing enak banget aghh!!”
Rangga melenguh bukan main. Emutan, hisapan, serta gigitan yang diberikan Puput seolah2 menghantam bagian selangkangannya habis2an. Ia tidak dapat menahan ekspresi bodoh dan mesumnya lantaran manuver erotis yang diberikan Puput di qontolnya.
“Cllhppp… mmhh… mmhh.. cllphph… mm ehehehe… emmmhh.. cllrpp.. rahain hih… hara2 huhah hihin hue hangehh… ennhh..”
Beberapa kali Puput memberikan lirikannya kearah Rangga yang terlihat semakin tidak bisa membendung konaknya. Ia juga berkali2 menyibak rambut sampingnya agar tidak menutupi pandanganya. Melihat dua pemandangan panas tersebut berkali2 membuat Rangga semakin terdengar beringas deru napasnya. Ia ingin segera menyetubuhi Puput. Ia ingin menghancurkan Puput. Ia ingin membuat Puput lemas tak berdaya.
“Shhh… henakk henggak?” Tanya Puput dengan suara serak basahnya sambil tetap mengocok batang qontol Rangga.
“Ennnghh enakkk!!”
‘PLAK’
Kembali tamparan sadis mendarat namun kali ini di dada Rangga.
“Gw enggak denger suara elohhh…” ucap Puput dingin.
“E… enhh… enakk Put..”
‘PLAK!! PLOK!! PLAK! PLOK!!’
“Yang kenceng anjinggg!! Gw enggak denger suara elohhh… ennhh…!!” pekik Puput serak setelah menampar bolak balik wajah Rangga.
“Enakk Put anjing!!”
“Ennhhh nhahhh gituhh…!!”
Deru napas mereka berdua semakin terdengar nyaring di kamar kos itu. Mereka tidak dapat membendung nafus satu sama lain. Bagi Rangga, hal ini seperti mendapat durian runtuh. Awal mula Puput yang bersikeras menolak habis2an menjadi Puput yang berjiwa jalang habis2an menguasai dirinya. Sementara Puput? Ia sedang tidak bisa diajak berbicara normal saat ini. Ia sedang dirasuki oleh jiwa ‘lonte nakal’ nya setelah berkali2 dirangsang oleh Rangga.
“Mhau masukinnn… nnh..” pinta Puput sambil mengigit bibir bawahnya.
Mendengar hal itu Rangga pun kembali berusaha menguasai Puput. Ia bangun lalu membiarkan Puput terlentang di kasur. Tubuh yang tadi sudah dideskripsikan kali ini mulai terlihat licin karena keringat yang mulai bercucuran, terlebih di bagian ketiaknya.
“Annhh…” pekik Puput ketika ujung kepala qontol Rangga menggesek bagian luar mekinya.
“Mau diapain tadii??”
“Mmm.. mhauu dimasukhiinnn nnghhh….”
“Apa?” Rangga mempermainkan Puput sambil menggesek palqonnya keras2 di bagian luar meki.
“Nnnnhh!!! Rangga udah ahhh!!! Cepetan dimasukinnn…!! Sange banget gwehhh!!”
Tanpa banyak rayuan gombal lagi, dengan posisi Rangga pun melesatkan qontolnya kedalam lubang kewanitaan Puput. Seketika qontolnya ambles hampir tanpa sisa karena licinnya cairan cinta Puput.
“NGAOHH!!”
Tubuh Puput meleting kaget karena sensasi seperti kejutan listri menyeruak di sekujur tubuhnya. Ia tidak dapat membendung ekspresi wajahnya yang terbelalak membuka mulut karena sensasi ini.
“Ehhnnhh… ennhh… ennhhh…”
Dengan reflek, Puput menggoyangkan pinggulnya, diikuti oleh Rangga yang memaju mundurkan qontolnya. Denyutan demi denyutan sangat terasa sekali didalam sana, memijat batang Rangga dengan begitu kuat.
“Ahhh ahhh ahhh…”
“Ahhh… shhh… Puttt…”
“Aehhhh… ennhh… ennhh…”
Keduanya saling bertatap2an. Puput yang sebelumnya jijik karena kesal melihat Rangga kini tatapannya penuh dengan erotisme yang tajam. Ia tidak melepaskan pandangannya ke wajah atau tubuh Rangga sambil mendesah setiap kali Rangga menghujam qontolnya kedalam lubang nikmatnya.
“Nnnhhh… nnhh… nnhahhh Ranggaaahhh…”
“Ennhh… enak enggak Put!??”
“Enak… enak bangettt… qontol lo enak bangett…”
“Iya… enak banget yahhh??”
“He ennhh… enak bangettt… memeq gw jadi enak banget gara2 qontol elohhh… ennhhh…”
“Hennhh gimana tuhhh enaknyaa…??”
“Enghh… enggak tauuhhk… enakk bangettt.. enhh..”
“Ahh hahaha… masa jawab enggak tauu juga.. aghh…”
“Emhh enakk bangettt… ennhh… nhhh…” Puput tidak perduli akan perkataan Rangga yang sebenarnya bermaksud iseng untuk menyinggung. Kelihatannya Puput sudah hilang kesadaran dengan dirinya yang penuh wibawa dan elegan.
“Ahhh enhhh Ranggahhh… ennnhh…” desah Puput sambil mengigit bibir bawahnya.
Setelah kedua tangan Puput meremas dada dan pundak Rangga, ia pun mengangkat lengannya lalu meletakannya di bantal dan terlihat seperti sedang mengangkat tangan. Terlihatlah kedua ketiak mulus Puput yang sudah licin karena keringat disana. Aroma feromon khas perempuan bercampur parfum perlahan menyerebak dan sampai ke penciuman Rangga.
Wait… Oh fuck! Fuck!! Jangan diangkat kayak gitu anjirrr!!!
Manuver Rangga terlihat agak berbeda dibanding sebelumnya. Gerakannya tidak seberingas tadi karena ternyata ada sesuatu yang mengganggu dirinya. Lebih tepatnya mengganggu penciumannya.
Asli nih cewe! Bau banget keteknya! Udah gw beliin deodoran apa kagak dipake ya sama dia…. Agh!
Melihat Rangga yang tidak seagresif yang dirasa sebelumnya, Puput pun mulai mengoceh dibalik desahannya.
“Mhhh Ranggahh kok jadi pelan sih emmhh.. ayo dikencengin lagihhh…”
“Ahhh enggak kok… enggak… ennhhh… ini gw kencengin nihh…”
Saat ini Rangga tidak bisa terus terang karena takut menyinggung dan membuat Puput kembali kesal. Namun semakin ia tahan, semakin ia merasa tidak nyaman akan aroma feromon dari ketiak mulus Puput.
Duh, keteknya kok bau cewe sekolahan banget dah nih orang. Enggak2, lebih ke bau mbak2 baru gede… ah enggak2!! Masa iya dari puber ampe sekarang kagak berubah2 aromanya... enggak asem.. cuman begini banget baunya heran!!
Goyangan Rangga pun perlahan sangat terlihat sekali berbeda dari biasanya. Perlahan hal tersebut membuat Puput semakin sadar akan kejanggalan tingkah laku Rangga.
“Ishh Rangga kok… malah… malah ciut sihhh…”
“Hahh… ehh kok… enggak kok Put… hhhnnhh…”
Tanpa sadar ukuran qontol Rangga juga mengecil lantaran dari efek pikirannya yang berkecamuk.
“Enggak kok Puuutt… ini gw kenceng lagi kokk….”
Gesekan demi gesekan masih diberikan oleh Rangga. Nanum apa daya, seberapa keras usaha yang diberikan, kepunyaan Rangga kian layu dan kembali ke posisi normal.
Keduanya pun saling bertatapan masih dengan posisi misionaris. Rangga dengan canggungnya, dan Puput dengan tatapan risihnya.
“Put…. engghh…”
“Ga…?”
“Iyaaa…?”
“Lo jadi ifeel gara2 ketek gw ya…?” Puput cepat menebak.
Mendengar pertanyaan terus terang tersebut, Rangga jadi kelabakan bukan main. Ia tidak menyangka bahwa Puput tahu apa masalah utama penyebab ia menjadi ‘impoten’.
“Ahh enggak kok apaan sih…??”
Puput masih menatap Rangga risih, bahkan semakin risih karena merasa bahwa ia bisa mencium aroma ketiaknya yang memang agak mengganggu.
“Put… enggak gitu…”
“Bangun…” Puput mendorong tubuh Rangga dan beranjak dari situ.
“Eh Put mau kemana…?” Rangga menatap Puput yang bergegas menuju kamar mandi.
“Rangga, mending lo pulang sekarang. Besok gw masih ngantor.”
“Tapi Put, dengerin gw dulu… maksud gw bukan-”
“Plis, Ga. Gw enggak mau pake ribut2 lagi kayak tadi. Kali ini lo dengerin gw… pliis banget. Gw udah cape banget hari ini….”
Rangga pun menyerah dan menuruti kemauan Puput. Ia juga tidak mau kejadian serupa terulang kembali. Padahal dala hati kecilnya ia bingung dengan keadaan ini. Entah siapa yang dapat disalahkan atau siapa yang benar. Yang jelas terlihat saat ini Puput sudah mengenakan handuk bersiap untuk mandi sambil menatap Rangga yang sedang memakai pakaiannya kembali.
“A.. aku pulang dulu ya, Put. Kamu jangan tidur malem2 entar.” Ucap Rangga berusaha terlihat ‘manly’.
“Hmm” gumam Puput pelan “kamu juga ati2 dijalan, udah malem banget.”
Setelah Rangga pulang, Puput masuk kedalam kamar mandi dan menyalakan air hangat di ‘bath tub’ nya sambil menuangkan sabun untuk berendam disana. Persiapan pertama sebelum luluran tentunya. Lalu ia memakai plastik pelindung untuk rambut hitam panjangnya.
Di dalam ‘bath tub’, ia kembali merenung. Merenung karena lelah, karena sensasi bercinta barusan yang terkesan sangat ‘kentang’, dan ekspresi Rangga yang melihat dirinya.
“Ah fuck lah! Emang semua cowo sama aja ngeselinnya!!” omel Puput kesal lalu merendam setengah wajahnya ke dalam ‘bath tub’. Terlihat matanya sedikit berkaca disana memikirkan kejadian tadi.
Kenapa sih dia begitu terus... padahal tinggal jujur aja kalo ketek gw bau…. Kupret!!
つづく