TETANGGA PERKASA 2 : Mimpi Tak Tergapai

🤭
Part 1.

Kehidupan Baru

"Pak Mukhlis....? ". Asty kaget setengah mati. Tak pernah terlintas di benaknya lelaki tua itu akan datang malam ini. Lelaki tua yang pernah menorehkan kenangan pahit dalam hidupnya.

" Maaf, apa saya tidak dipersilahkan masuk...? ". Pak Mukhlis masih berdiri didepan pintu dengan wajah senyum senyum tak jelas.

" Iya.. Eh, maksudnya anu... Eee... Silahkan masuk, Pak.... ". Susah payah asty Asty menyelesaikan kalimatnya. Kemudian wanita muda itu mendahului duduk di kursi ruang tamu.

Tapi ketika Pak Mukhlis masuk dan duduk, Asty kemudian bangkit berdiri.

"Maaf, Bapak mau minum apa...? ".

"Gak perlu repot repot Nduk. Bapak cuma sebentar kok, lagipula ini sudah malam.. ".

"Kopi manis ya...? ". Lalu tanpa menunggu jawaban, Asty kemudian melangkah kedalam.

" Bagaimana kabarnya..? ". Basa basi Pak Mukhlis ketika Asty muncul dengan segelas kopi.

"Alhamdulillah baik Pak...Sampeyan sendiri...? ". Asty balas bertanya, mencoba memberi kesan ramah. Meski sebenarnya didalam hati kecil Asty belum bisa melupakan perbuatan bejat yang dilakukan Pak Mukhlis kepadanya Tempo hari.

"Maaf kalau kedatangan bapak mengejutkan mu. Tak sengaja Bapak melihat berita di youtube, ternyata kamu perempuan luar biasa Nduk.. Bapak semakin kagum kepadamu... ". Asty hanya diam mendengar kata kata Pak Mukhlis.

"Tadi siang ada acara apa..?. Bapak lihat ada Tarub didepan... ".

"Eh,.. Anu Pak.. Acara syukuran kecil kecilan... ". Jawab Asty sedikit tergagap karena pada saat Pak Mukhlis bertanya tadi, dia sedang melamun.

" Gimana kabar Bu Hanum Pak...?". Asty kemudian mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Dia sudah tenang di Surga... ". Lirih jawaban Pak Mukhlis terdengar di telinga Asty.

"M.. Maaf... ".

" Tak apa. ". Jawab lelaki tua itu cepat.

"Istriku meninggal tiga bulan yang lalu. Komplikasi.. ". Terang Pak Mukhlis tanpa ditanya.

" Dirawat sebulan dirumah sakit, tapi Tuhan berkehendak lain.. ". Ada getar kesedihan yang mendalam dari ucapan yang terdengar.

"Semoga amal ibadah Bu Hanum diterima disisi-Nya..". Sahut Asty kemudian.

"Aamiin... Terimakasih Nduk... ". Kemudian ruang tamu itu hening untuk beberapa saat.

"Kamu sendiri bagaimana....? ". Pak Mukhlis bertanya setelah menghirup kopi.

"Maksudnya...? ". Asty tak bisa menebak kearah mana pertanyaan Pak Mukhlis.

"Kamu masih bersama Deni....? ".

Lama sekali pertanyaan itu tak mendapatkan jawab. Asty memilih bungkam. Tak perduli tatapan Pak Mukhlis tertuju kepadanya dengan sejuta harap mendapatkan jawaban.

"Maaf, Pak. Saya tak paham apa maksud Bapak bertanya demikian. Itu urusan pribadi saya.. ". Akhirnya sanga wanita menjawab juga.

"Maaf, bukan maksud bapak mencampuri urusan pribadimu. Bapak cuma ingin tahu saja, Nduk. ". Jawab Pak Mukhlis sedikit merasa tidak enak.

"Baiklah.. Bapak permisi dulu. Kalau kamu perlu apa apa, hubungi saja nomor bapak ya...? ".

" Hmmmmm.... ". Hanya itu jawaban Asty. Dia masih dongkol, kenapa pula pak tua ini pake nanya nanya soal rumah tangga nya segala.. Kepo...!!.

Pak Mukhlis kemudian berdiri dan pamit pulang. Dia sadar Asty tersinggung dengan pertanyaan nya tadi.

"Assalamu'alaikum... ". Ucap salam Pak Mukhlis ketika kedua kakinya melangkah keluar pintu.

" Waalaikum salam... ". Asty menjawab sedikit sungkan.

________________

Beberapa bulan kemudian...

Dengan sejumlah uang pemberian Pak Hermanto yang merupakan imbalan dari apa yang telah Deni lakukan, Pria yang belumlah terlalu tua itu akhirnya memutuskan untuk membeli dua petak tambak dan satu unit rumah sederhana di lokasi pertambakan di area pantai timur Sumatera.

Deni memutuskan untuk menjadi petambak udang saja, selain tambak bisa dijual dengan harga yang bisa jadi lebih mahal nantinya jika dia gagal, selain itu bisnis pertambakan resikonya tidaklah terlalu besar jika dibandingkan bisnis bisnis yang lain. Apalagi dia sadar, dia tidak ada bakat di bidang perdagangan.

300 juta uang yang ditransfer oleh Pak Hermanto. 150 juta dibelikan tambak, sisanya disimpan. Persiapan jika nanti kedua anaknya perlu uang. Begitu pemikiran Deni. Sedangkan untuk masalah permodalan, cukup banyak pembina yang bersedia menyiapkan bibit, pakan dan obat obatan dengan sistem bayar setelah panen. Jadi Deni tidak perlu dipusingkan dengan urusan modal.

Karena tambak yang dibeli adalah tambak yang sudah siap operasional, maka tanpa menunggu lama Deni langsung melakukan persiapan dan seminggu kemudian tebar benur. Dia sengaja bergerak cepat, mumpung lagi musim bagus.

Tak terasa usia benur udang yang ditebar Deni sudah hampir satu bulan. Bobot udang pun hampir 6 gram per ekor. Tentu saja Deni senang sekali. Pertumbuhan udang nya cukup bagus. Jika bisa bertahan sebulan lagi saja dengan keadaan seperti ini, maka bisa dipastikan dia akan meraih untung yang lumayan.

Tapi dalam senangnya, tiba tiba wajah sang pria muda ganteng dan penuh wibawa itu tersapu mendung. Sepasang matanya berkaca kaca. Duduk dibawah pohon Seri yang tumbuh rindang di depan rumah, Deni tercenung lama. Dia ingat anaknya, Jihan dan Wildan. Anak bungsunya Wildan tahun ajaran ini akan masuk TK. Dan itu hanya tinggal beberapa bulan lagi. Sekarang sudah pertengahan Maret. Dan bulan Juli tahun ajaran baru akan dimulai.

Tiba tiba lelaki muda itu tersentak. Sudah cukup lama dia tidak bertemu dengan mantan istrinya dan juga kedua anaknya. Ya.. Deni dan Asty telah resmi berpisah. Meski dengan berat hati, Deni harus menuruti permintaan Asty yang ngotot meminta untuk berpisah.

Padahal pria muda itu sudah berulangkali mengatakan bahwa dia tidak akan mempermasalahkan apa yang sudah terjadi, tapi Sang Mantan istri tetap kukuh pada keinginannya.

Alasannya karena dirinya telah ternoda, cintanya sudah tidak lagi polos dan Suci, dan perceraian adalah jalan terbaik. Deni pun tak bisa berbuat apa apa, dan dengan berat hati terpaksa menjatuhkan talak satu. Hanya talak satu, karena jujur saja Deni masih ingin mempertahankan rumah tangga mereka. Meski terlihat berat dan hampir tak mungkin, melihat berapa keras keinginan Asty untuk bercerai.

"Biarlah, Mas. Kita berpisah dulu. Kita gunakan waktu kesendirian kita untuk merenung, apakah memang masih pantas bagi kita untuk bersama.. ". Begitu ucapan Asty tempo hari.

" Kalau masih ada jodoh, kita pasti akan bersama lagi... ". Tanbahnya.

Deni cuma tersenyum pahit. Tak bicara sama sekali. Sedangkan Pak Dahlan dan Bu Utari hanya menatap mereka berdua dengan tatapan kosong dan hampa. Kedua orang itu tahu persis kalau Deni masih sangat menyayangi Asty, tapi keputusan Sang Anak memang sudah tidak bisa di ganggu gugat. Bukan sekali dua Bu Utari berusaha membujuk putrinya untuk tidak bercerai, tapi bujukan itu tidak mempan.

"Bapak mau kemana...? ". Jihan bertanya pelan ketika Deni melangkah keluar.

"Bapak pergi dulu, Nak. Jaga adikmu baik baik. Jaga ibumu juga.. Mbah juga... ". Suara Deni serak menahan sedih..

"Jangan jajan banyak banyak.. Bapak cuma bisa ngasih uang sedikit.. ". Ucap Deni lagi. Kemudian dia merogoh kantong celana dan mengulurkan sebuah amplop putih kepada Sang anak.

" Terimakasih Pak... ".

" Itu untuk jajan kamu dan adik. Ibumu sudah bapak kasih tadi... ".

" Iya Pak... ".

Jihan masih kecil. Anak itu belum tahu permasalahan rumah tangga. Tapi firasatnya mengatakan dia akan kembali berpisah lama dengan sang Bapak. Serta merta anak perempuan berwajah manis itu menghambur dan kemudian memeluk erat tubuh Sang Bapak. Disusul kemudian oleh Wildan yang menangis cukup keras.

Alhasil tangis kedua bocah itu berhasil menjebol pertahanan Bu Utari. Tangis Wanita tua sarat pengalaman itu meledak tak tertahankan. Sedangkan Asty sendiri kemudian melangkah kebelakang dengan kedua tangan menutupi wajah..

____________

" Woiii... Ngelamun saja.... ". Deni tersentak. Lamunannya buyar seketika.

" Asem koe, cuk... ". Pria muda itu memaki dengan mata memicing melihat penampilan tetangganya yang terlihat lumayan rapih siang ini.

"Gitu aja marah.. Sensi banget lo... ". Joko, Sang tetangga yang usianya tak jauh beda dengan Deni kemudian duduk berjongkok bersandar di batang pohon, tak jauh dari bangku panjang kecil tempat Deni bersantai.

Deni nyengir. Dihisapnya rokok yang sedari tadi terjepit di kedua jari.

"Malah mati lagi... ". Si rokok tak mengeluarkan asap karena bara api di ujungnya telah padam karena terlalu lama di biarkan.

Joko sontak terkekeh..

" Rokok aja sampe lupa di isep. Jauh amat lamunan lo... ".

" Inget anak bro.... ". Deni menjawab pelan. Ada nada kesedihan di kalimatnya.

" Hmmmm. Gua gak yakin... ". Joko memerotkan bibirnya.

" Maksudmu....? ".

" Pasti Ibunya yang lo kangenin... Hahahaha... ".

" Sialan....!! ". Deni keki sekali di goda seperti itu.

Tak bisa di pungkiri, Deni memang sering sekali terkenang kebersamaan dengan Asty Sang Mantan Istri. Apalagi jika malam hari dan cuaca sedang hujan. Kerap Deni meringkuk kedinginan sembari membisikkan nama Asty dengan lirih.

" Benerkan...? ". Sang Sahabat baru mengejar dengan pertanyaan yang semakin membuat Deni keki.

" Gak... ". Lelaki muda itu mencoba menghindar.

"Hehe... ". Joko cuma tertawa melihat tingkah Deni, tetangga baru dan sahabat barunya itu.

"Dari pada melamun sendiri, maen kerumah ku aja yok.. ". Ajaknya kemudian.

" Ada Kopi kan...? ". Deni tersenyum setelah bertanya.

" Tenang aja kalo soal kopi. Gua nyetok banyak. Rokok juga, elo tinggal pilih.. Dan,..... ". Joko tidak melanjutkan kalimatnya.

" Dan Apa....? ".

" Kopi buatan istri gua enak. Elo pasti ketagihan... ". Tawa Joko kemudian berderai, dibalas senyuman tipis dari Deni.

" Oke kalo begitu. Sebentar aku ganti baju dulu. Keringetan... ".

Joko tak menjawab, dan dia kemudian melangkah pulang lebih dahulu ketika Deni masuk kerumah untuk ganti baju.

" Susul aja. Aku duluan... ".

" Iya.... ".

_____________

Rumah Joko berjarak 200an meter dari rumah baru Deni. Dipisah oleh satu rumah yang tidak dihuni. Karena pemilik tambak tak lagi berdomisili di situ. Tambak nya pun di kelola oleh orang lain yang juga punya tambak milik sendiri beberapa jalur dari situ. Sehingga rumah kecil itu terbengkalai tak terurus.

Desas desus yang beredar, katanya rumah itu berhantu. Tapi Deni mana mau perduli. Bodo amat katanya.

" Assalamu'alaikum... ".

" Waalaikum salam... Eh, Bang Deni.. Masuk bang... ". Desi, istri Joko yang menyambut kedatangan Deni.

" Joko mana....? ". Tanya Deni setelah duduk lesehan diruang tamu.

Ruang tamu rumah di daerah itu memang tidak ada yang dilengkapi meja kursi, sehingga para tamu yang datang dan juga tuan rumah duduk begitu saja di lantai sementara yang di lapisi karpet.

" Mandi. Gerah katanya habis dari Infra Tadi.. ".

" Ohh.. ".

Desi yang masih terlihat cantik dan menggairahkan di usianya yang memasuki 30 tahun itu kemudian melangkah kebelakang menuju dapur.

" Gak usah repot repot.. ". Ujar Deni.

" Gak repot kok. Cuman kopi doang ini... ". Jawaban Sang penghuni rumah agak berteriak dari dapur.

" Makaudnya gak usah repot repot, keluarin aja semuanya sekalian... Hehehe.. ".

" Huh... Dasar.... ".

Deni semakin terkekeh.

" Apa lo.. Godain bini gua lo...? ". Tiba tiba Joko muncul dari diruang tengah dan langsung duduk disebelah deni sambil menghidupkan sebatang rokok.

"Sembarangan... ". Deni merengut. Wajahnya tertekuk.

" Hahaha... Canda bro.. Serius amat idup lo... ". Joko terbahak.

" Kopi dataaaang..... ". Desi muncul dari dapur sambil membawa nampan dengan gaya seolah olah dia seorang pelayan restoran.. Melihat itu Deni tak bisa menahan untuk tidak tertawa lebar. Sudah lama sekali dia harus membuat kopi sendiri, tidak ada yang membuatkan. Sekarang, ada kopi buatan seorang wanita cantik, meski adalah istri dari sahabat barunya, tapi bagi Deni itu tak masalah. Toh cuma bikin kopi, bukan bikin anak.. Hehehe.

" Biasa aja ngeliatinnya.. Itu bini gua... ". Joko nyeletuk.

" Apaan sih kamu, Ko..?. Aku pulang aja lah... ". Deni pura pura tersinggung dengan candaan Joko, dan beranjak seolah benar benar mau pulang.

" Eleh.... Gitu aja ngambek. Dasar duda karatan... ". Joko tertawa.

" Sialan..!! ". Deni nyengir. Kemudian meraih bungkus rokok didepan Joko.

" Rokok saya ketinggalan... ".

" Santai aja bro.. Rokokku, rokokmu... ".

" Ah, yang bener...? ". Deni sengaja menggoda.

"Yakin.. Asal cuma sebatas rokok. Asal jangan Istriku Istrimu aja.... Hahaha... ".

Benar benar ceplas ceplos bicara orang ini, bathin Deni sembari kemudian menghidupkan rokok di tangan. Sedangkan Desi hanya senyum senyum saja mendengar candaan Sang Suami. Sepertinya dia sudah maklum, memang begitulah sifat Joko suaminya.

Bersambung...

EPISODE 2

DOWNLOAD VIDEO MESUM TERBARU