SYARIEF ARARYA
Lahir : 20 Juni 195X
Wafat : 26 Agustus 201X
Seorang lelaki duduk bersimpuh disebelah makam yang tanahnya masih tampak basah. Terlihat di wajah lelaki tersebut kesedihan yang sangat mendalam. Tak henti-hentinya dalam 2 hari belakangan, dia selalu menangis akan kepergian kakek yang sangat dicintainya.
Sejak 3 tahun yang lalu, selalu menjalani kehidupan bersama kakeknya tercinta. Namun, kini semua kebersamaan itu telah berakhir. Air mata masih terus mengalir membasahi pipinya, walau sudah 3 hari lamanya dia menangis tapi seakan air mata itu tak ada habisnya.
"Kenapa harus secepat ini kakek meninggalkan ivan, kek." ucapnya dengan lirih. Ia merasakan ada seseorang yang mengusap kepalanya dengan lembut. Dia pun menoleh untuk melihat siapa yang mengusap kepalanya. Karena seingatnya, dia hanya sendirian sejak 2 jam yang lalu. Tapi, alangkah terkejutnya dia bahwa yang mengusap kepalanya adalah orang yang sangat di cintainya selama ini.
"Ka.. ka... kakek". ucapnya terbata dan terkejut. Melihat kakeknya berdiri disebelahnya dengan baju putih bersih, sambil menatap cucu kesayangannya dengan tersenyum.
"jangan seperti ini, van. Ikhlaskan kepergian kakek, agar kakek bisa tenang disana. Ini semua bukan maunya kakek, dan ini juga bukan maunya kamu. Tapi kita harus menerimanya semua dengan ikhlas. Kamu harus kuat van, kakek sayang sama kamu. Kamu adalah cucu kesayangan kakek." ucap kakeknya.
"ingat semua pesan kakek, kamu harus gunakan yang kakek ajarkan selama ini padamu untuk jalan kebenaran. Kamu harus jadi anak yang baik van. Mulai sekarang kamu harus kuat menjalani hidup yang keras yang mana mungkin kamu akan menghadapinya nanti." Kata kakeknya dengan wajah tersenyum.
"van, sudah saatnya kamu tinggal bersama orang tuamu. Sudah terlalu lama kamu tidak tinggal bersama mereka kan..? Pulanglah van." lanjut kakeknya.
"Ba.. baik kek". ucapnya pelan. Dan tampak dirinya sudah agak tenang mendengar semua pesan dan nasehat dari kakeknya. Bersamaan itu juga seakan tubuh kakeknya memudar dan perlahan hilang mulai dari kaki hingga kepalanya. Terlihat senyuman diwajah lelaki tersebut, senyuman yang seakan mengikhlaskan kepergian orang yang dicintainya.
Hiuuffftttt.. huuuuuuu... lelaki tersebut menarik napas lalu mengeluarkannya perlahan. Itu membuatnya terlihat tenang. Tak lama kemudian dia pun meninggalkan makam kakeknya dengan senyuman. Pulang untuk berkemas menuju kota kelahirannya.
POV IVAN
Namaku REYVAN ARARYA biasa dipanggil Ivan, usiaku baru 17 tahun. Saat ini aku masih duduk di kelas 2 SMA. Sejak kepergian kakek, aku harus pindah ke tempat orang tua ku sebagaimana pesan kakek padaku sebelum ia pergi.
Ya, aku sebenarnya masih punya orang tua. Aku tinggal bersama kakek 3 tahun yang lalu, karena kakek ingin tinggal bersama ku diakhir masa tuanya. Kakek bahkan sampai membujuk mama agar aku bisa tinggal dengannya. Meski awalnya mama tak mengizinkan, tapi akhirnya mama luluh juga.
Hiuuffftttt.. huuuuuuu... "akhirnya sampai juga di rumah." batinku sesaat setelah dari makam kakek. "Ok, sekarang waktunya packing barang-barang yang perlu dibawa." ucapku pelan..
Setelah 1 jam lamanya, beres udah semuanya. Aku sejenak mengingat takut ada barang yang ketinggalan. Hmm, sepertinya udah lengkap semua. Sekarang saatnya berangkat menuju stasiun kereta. Ku berjalan meninggalkan rumah yang selama ini ku tempati bersama kakek.
Sejenak aku menunggu taksi dipersimpangan. AAARRRRRRRRRRGGHH, "kenapa kepalaku sakit sekali ?" ucapku pelan, sambil menahan rasa sakit dikepalaku aku sedikit memijat kepalaku dengan tangan kanan. Akhirnya aku sudah berda dalam taksi, setelah menunggu sekitar 15 menit dengan rasa sakit dikepala.
Aku baru ingat, dalam 3 hari ini aku kurang tidur. Aaarrgh, sakitnya luar biasa. "Pak, bisa tolong antarkan saya ke stasiun." kataku pada supir taksi. "Baik mas, segera meluncur. Sepertinya mas sakit ya?? keliatan muka mas agak pucat. ucap pak supir.
"Hanya sedikit kurang tidur pak, mungkin nanti dikereta saya bisa istirahat sebentar." Jawabku.
Tak lama kemudian aku sudah sampai distasiun. Setelah membayar ongkos taksi, aku langsung menuju stasiun untuk membeli tiket. Setelah membeli tiket, aku duduk untuk menunggu kereta yang jadwal 10 menit lagi. Aku lalu mengambil hp dikantong celanaku dan mengirim pesan ke seseorang.
To : Kak Risya
Kak, ivan mau berangkat nih, maaf baru kasih tahu..
Jangan lupa kasih tahu papa sama mama ya kak?
Tit.. tit.. tit.. hp ku bunyi, tanda pesan masuk. Aku langsung membacanya.
From : Kak Risya
Loh, kok mendadak gak kasih tahu dulu sebelumnya..
Ok, ntar kakak kasih tahu..
Hati-hati ya adekku sayaang..
Setelah membaca pesan dari kak Risya, aku sedikit tersenyum. "Ternyata kamu belum berubah kak." batinku.
Terlihat kereta yang akan ku tumpangi telah tiba. Aku langsung naik dan menuju nomor kursi seperti yang tertera di tiket. Aku meletakkan tas ku diatas lalu langsung duduk. Sebaiknya aku tidur sejenak, tak terasa aku pun langsung tertidur.
"Mas.. mas.. keretanya sudah sampai" ucap seorang wanita membangunkanku. Aku segera mencoba memulihkan kesadaranku. "Mas turunnya dikota ini kan? Karena ini tempat terakhir pemberhentian kereta." ucapnya lagi.
"ii..iiyaa mbak.." ucapku agak terbata. Karena aku melihat wanita yang membangunkan aku tadi terlihat begitu cantik. Ternyata dia duduk disebelahku selama perjalanan tadi. "Ahhh, tahu gitu kan aku gak usah tidur tadi." batinku. Aku masih tetap menatap kecantikannya. Dia hanya tersenyum melihatku.
Duuuhhh, senyumannya itu bikin aku gak tahan . Apalagi ada lesung pipinya membuat dia keliatan tambah cantik. "Hey.. mas.. mass. Kok malah melamun sih. Mau sampai kapan mas nya duduk disini terus. Ayo turun." ucap wanita itu.
"Iiyaa mbak." ucapku yang tersadar akan lamunanku tadi. Aku lalu mengambil tas ku diatas. Setelah memakai tas, tanpa disengaja tanganku merogoh saku celana belakang sebelah kanan. Tapi, aku langsung TERKEJUT....!!! Karena aku tak menemukan dompetku.
"ASTAGAA." ucapku keras dan panik. Wanita tadi yang berjalan hendak turun pun terkejut karena ucapanku yang keras. Dia menoleh kearah ku, "Kenapa mas, kok keliatan panik gitu..?" tanya nya padaku..
"Dompetku hilang, mbak.." ucapku lemas..
"HAH... HILANG ???" ucapnya kaget..
Degh...
To Be Continue....!!!!