Sebuah resto berkembang dikota bandung, cucky Bar and Resto

Sebuah resto berkembang dikota bandung, cucky Bar and Resto

Aku sedikit curiga dengan lowongan pekerjaan tersebut, apalagi dengan 2 point terakhir, tapi bagaimana pun aku harus mencari pekerjaan, apapun itu, apalagi aku yang hanya lulusan SMA tanpa pengalaman kerja maupun pengalaman organisasi apapun dan sudah menganggur sudah hampir 2 tahun lamanya, aku tidak mau berlarut larut menjadi beban orang tua ku.

Maka kuputuskan untuk mencoba melamar ke tempat tersebut, sekalipun alamat Cucky Bar and Resto berada didaerah puncak sedangkan aku di tengah kota, namun aku harus mencobanya, apalagi resto tersebut tidak mematok pengalaman apapun, selama aku rapih dan mau bekerja kemungkinan besar aku bisa diterima ditempat tersebut.
Sekalipun diresto tersebut telah disediakan tempat tidur namun sepertinya aku tidak bisa tinggal disana, aku seorang perempuan tidak mungkin tinggal disana dengan orang asing, apa lagi aku tidak memiliki pengalaman hidup sendirian.
Sedikit cerita tentang diriku, namaku Jenna, ya, hanya Jenna saja, usiaku sudah hampir 21 tahun namun aku belum pernah punya 1 pun pengalaman kerja maupun organisasi, aku tidak pernah gabung ke komunitas apapun, tidak pernah jualan apapun, tidak pernah mempromosikan apapun, entahlah kenapa teman atau pun saudaraku seolah tidak percaya padaku.
Jadilah sekarang aku bingung mencari pekerjaan, jika kalian bertanya kenapa tidak kuliah tentu saja masalahnya karena biaya, orang tuaku adalah orang tua tunggal, single parent, tidak tahu ayahku pergi kemana, ibu ku tidak pernah menceritakan apapun dan aku pun enggan bertanya kepada beliau, aku tidak ingin membuat ibu sedih atau pun terluka karena menceritakan tentang ayah.

Hari ini aku sudah bersiap dengan kameja putih ku yang mulai menguning, celana panjang hitam, memakai dasi, dan tas yang berisikan salinan surat lamaran kerja yang entah sudah berapa ratus ku fotocopy, dengan menggunakan sepeda, ku kayuh jauh keatas puncak, semoga saja saat disana aku tidak berkeringat parah mengingat hari ini sedang panas panasnya. Aku sengaja tidak mengirimkan lamaran lewat email karena aku pikir akan jauh lebih cepat hasilnya jika langsung datang, aku tidak perlu menunggu keputusan diterima atau tidak terlalu lama. Aku pikir persentase kemungkinan diterima akan jauh lebih besar jika aku datang langsung ke tempat tersebut.
Setelah setengah jam lebih mengayuh sepeda akhirnya aku sampai juga ditempat tersebut, aku beristirahat sejenak sekaligus memarkirkan sepedaku disamping resto tersebut, berkali kali aku memasikan diriku bahwa hari ini aku harus on-point, aku harus bisa membuat owner, HRD, atau atasan disana yakin menerima diriku. Setelah mengambil minum dari bekal yang kubawa, aku langsung masuk ke resto tersebut.
Sedikit gambaran soal resto ini melalui pandanganku, ternyata resto tersebut berada jauh diatas puncak, berada diujung jalan sehingga orang harus menempuh jalan lumayan jauh dari jalan utama, mempunya konsep western dan Asian yang dipadukan dengan beberapa ornament lokal khas pedesaan. Begitu asri ketika aku masuk kedalamnya, tidak terlalu modern namun tidak kuno, semua yang berada diresto ini seolah disetting dengan sangat pas, cocok untuk anak muda yang ingin mengistirahatkan dirinya dari hingar bingar kota.
“Permisi Kak, saya mau ngelamar, katanya disini buka untuk waitress ya?” Tanyaku pada salah satu kasir disana.
Perempuan itu memandangi ku sejenak, melihat dari atas hingga bawah, seolah tidak percaya aku akan melamar ditempat ini, “iya, mau titipin disini atau langsung interview? Atau sudah ada janji?”
“Belum sih kak, tapi kalau boleh, bisa ga langsung interview aja kak? Soalnya rumah aku jauh ditengah kota.”
Aku memohon kepadanya.
“Oh boleh koq, nanti ya, bisa ditunggu dulu, silahkan duduk.” Kasir tersebut langsung mengambil lamaranku dan menelepon seseorang.
Aku memilih untuk menunggu duduk didepan resto, lalu aku mengambil cermin yang berada dalam tas ku, dan setelah melihat diriku, pantas saja kasir itu sempat memandangku aneh, ternyata mukaku terlihat kemerahan dan mataku memperlihatkan kalau aku sedang kecapean. Aku langsung mengambil tisu basah, lalu membalurkan pada mukaku, aku mengambil bedak dan lipglosh lalu kembali merapihkan riasanku.
“Selamat siang, kakak Jenna ya? Bisa ikut saya ke belakang?” Kata seorang perempuan yang berdandan rapih, bisa ku tebak kalau dirinya adalah HRD atau atasan di resto tersebut.
“Oh baik kak.” Aku memasukan kembali alat make up ku dan kami bersama sama pergi ke belakang resto untuk interview.
Ketika sudah dibelakang restaurant.
“Silahkan duduk terus perkenalkan diri kamu sendiri.”
Aku langsung duduk dihadapannya lalu memperkenalkan diriku sendiri, “Selamat siang, nama saja Jenna, ga ada nama panjang, usia aku 21 tahun, orang tua aku single parent, dan belum ada pengalaman apapun, tapi saya sangat niat untuk bekerja, terima kasih.”
“Oh jadi kamu belum ada pengalaman sama sekali? Terus kenapa milih resto ini buat mulai karir kamu?”

Aku sedikit berpikir dengan pertanyaan tersebut, “Em,, soalnya saya lihat,, dilamarannya ditulis tidak mengutamakan pengalaman, makanya saya pikir saya bisa belajar sedikit tentang resto disini.”
“Oh begitu jadi bermodalkan niat saja ini? Boleh lah. Tapi kamu tahu kan kalau resto ini… eh, coba, apa yang kamu tau tentang resto ini?”

Dengan pengetahuan seadanya, aku berkata sebisanya, “Em,, restaurant ini tempat untuk makan, untuk istirahat, untuk wisata kuliner dan sejenisnya,, ya,, itu lah yang saya tau bu.”
“Bukan, maksudnya tentang resto ini, cucky resto and bar, bukan arti restaurant.”

Dalam hati aku berkata, “(Mampus, gw belum cek tentang resto ini) oh maaf bu, kebetulan saya tidak tahu menahu tentang restaurant ini, tapi saya memang niat bekerja bu.”
Perempuan itu terlihat berpikir cukup lama, “Aduh gimana ya..”
Kembali ku menegaskan, “Tapi saya beneran serius ingin kerja bu, saya siap kerja keras untuk resto ini.”
“Iyaa,, iya saya ngerti,, keliatan koq kamu butuh kerja banget, saya juga bisa lihat kalau kamu bakalan rajin kerjanya, tapi,, kamu itu keliatan kaya perempuan baik baik.”
“Maksudnya gimana bu?”
Tanyaku dengan sedikit kebingungan.
Lalu perempuan itu mengeluarkan sebuah pamphlet dan memberikannya padaku, itu adalah cetakan dari pamphlet lamaran yang ku lihat, “Coba kamu baca yang ini, kamu tahu ga maksudnya nomer 8 ini apaan?”
Aku membaca apa yang perempuan itu tunjuk, “Bersedia menggunakan chastity saat bekerja maupun setelahnya. Saya kurang tahu tuh bu Chastity itu apaan, tapi saya bersedia menggunakannya bu selama saya diizinkan kerja disini.”
“Coba kamu baca juga bagian bawahnya, kamu tahu maksudnya?”
Kembali perempuan itu bertanya kepadaku.
Kembali aku membaca isi pamphlet tersebut, “Semua yang terjadi didalam bar dan resto, harus tetap berada didalam bar and resto, artinya apapun yang terjadi diresto ini jangan sampai bocor keluar, gitu bukan bu?”
“Nah, apa kamu bisa jaga rahasia perusahaan?”

Aku menegaskan, “Sangat bisa bu, bahkan saya berani mengambil konsekuensi apapun jika saya sampai membocorkan rahasia perusahaan. Saya janji kalau resep resto bakalan aman koq bu.”
“Ini bukan soal resep nak,, Hm,, kamu beneran yakin mau bekerja disini apapun resikonya?”

Mendengar kalimat tersebut aku yakin persentase aku diterima ditempat ini semakin tinggi lagi, dengan tersenyum aku meyakinkannya kembali, “Yakin bu, saya sudah siap dengan semuanya.”
“Ya sudah, ikut saya ke kantor.”
Kemudian perempuan itu berdiri dan pergi dari tempat tersebut, disusul aku yang dengan senang karena kemungkinan besar aku akan diterima ditempat ini.
Sesampainya kami dikantor tersebut, aku tidak melihat adanya staff lain, hanya meja kosong dan berbagai peralatan kantor lainnya, ketika aku melihat jam, ternyata sudah pukul 12 lebih, tentu saja kantornya kosong, pasti sedang pada makan siang.
“Silahkan duduk.” Perempuan itu mempersilahkan aku duduk, dan dia langsung sibuk dengan laptopnya, lalu kembali bertanya dengan pelan dan sejelas jelasnya, “Kamu beneran serius ingin kerja disni? Apapun resikonya mau kamu ambil? Kamu juga ga masalah dengan syarat nomer 8?”
Aku jawab, “Yakin bu, saya sudah niat dari kemarin saat saya baca pamfletnya, saya berani mengambil resiko apapun dan saya bersedia dengan syarat nomer 8.”
“coba kamu baca dulu profile perusahaan ini dengan keras dan sejelas jelasnya.”
Dia memutarkan laptop tersebut dan menyuruhku membaca profile perusahaan yang ada dilayarnya.
Aku membaca, “Cucky resto dan bar adalah sebuah tempat makan yang menyajikan makanan khas western dan japanese dengan harga yang merakyat dan selalu menyajikan acara tiap malamnya, khusus minggu acara hanya bisa dihadiri oleh member VIP (terlihat normal dan tidak ada masalah, scroll bawah) Cucky resto and bar dibuat oleh pasangan xxxx dan yyyy dikarenakan sudah menjamurnya para cuckold dan cuckquean khususnya di kota kota besar di Indonesia, dan rata rata dari mereka tidak memiliki pekerjaan yang tepat untuk menyalurkan fetish mereka, maka dari itu restaurant ini dibuat agar para cuckold dan cuckquean selain dapat menyalurkan fantasinya juga bisa berkarir dibidang food and beverages, restaurant ini juga dibangun untuk memenuhi dan menyalurkan fetish dan Hasrat komunitas khususnya para member VIP dan VVIP.” Pada point ini aku terdiam merasa kebingungan.
“Saya tahu kamu bingung dimananya (perempuan itu membenarkan laptopnya) jadi yang disebut dengan cuckold itu adalah para pria dengan fetish senang dan terpuaskan ketika melihat pasangannya bersama dengan orang lain, entah itu pacaran, gandengan tangan, pelukan, atau bahkan sampai hubungan sex, nah cuckquean itu sebutan untuk perempuannya, untuk selebihnya akan saya jelaskan ketika kamu sudah tanda tangan kontrak, nah yang saya pertanyakan disini, apakah kamu seorang cuckquean atau bukan?” jelas perempuan itu.
“ja,, jadi ini restaurant khusus cuckold dan cuckquean?”
“iya, hampir seluruh staff disini cuckold dan cuckquean, saya juga termasuk, nah berhubung kamu sudah sampai sini dan bilang bisa jaga rahasia, saya akan tunjukan saja ap aitu chastity.”
Lalu perempuan itu berdiri dan mengangkat roknya, terlihat sebuah celana dalam dengan bahan stainless steal yang memiliki sebuah gembok dan kunci disampingnya.
Aku terdiam melihatnya, entah kenapa aku takjub melihat perempuan itu, dia terlihat sangat sexy menggunakan celana dalam metal tersebut.
“Koq diem, sexy ya? Jadi gimana? Masih mau kerja disini?”
Aku tersenyum dan malu sendiri, pasti terlihat dari mataku yang takjub melihat benda metal terpasang sebagai pengganti celana dalam pada dirinya, “Em,, ma,, mau bu.”
“Apa? Gimana? Suara kamu kecil barusan.”

Dengan tegas aku berkata, “Mau bu, saya siap pakai chastity itu.”
“Oh, saya kira kamu bakalan lari
(Dia menurunkan dan merapihkan rok nya lagi.) baik kalau kamu memang sudah siap, pertanyaan 1 juta dollarnya, apa kamu siap liat pacar kamu nanti pacaran dengan orang lain didepan kamu?”
Aku berpikir sekaligus senyam senyum sendiri, tidak bisa kubayangkan kalau aku melihat pacarku yang sudah berkorban dan berjuang menghidupi ku selama aku menganggur, dan sudah menjagaku selama 3 tahun aku sekolah akan mesra mesraan dengan perempuan lain didepan mataku sendiri.
“Koq diem sayang? Gimana? Siap ga?” Perempuan itu menyadarkan aku dari lamunanku.
“Eh iya, maaf bu, iya siap bu hihihi.”
“Siap atau ga sabar nih?”
aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya. “Panggil aku kakak Sisca aja, ga usah ibu, kakak masih kuliah koq.” Katanya meneruskan kalimat sambil mengeluarkan sebuah surat perjanjian dari dalam mejanya. “Nih kamu baca dulu, nanti kamu tanda tangani kalau setuju dengan perjanjiannya.” Sisca memberikanku sebuah pena.
Aku langsung mengambil surat perjanjian itu dan membacanya dengan seksama, “Disini emang semuanya harus kaya gini ya?” aku menunjuk pada salah satu persyaratan.
“Iya sayang, malah nanti pacar kamu bakalan diundang kesini sama cewe lain, mereka bakalan pacaran didepan kamu, terus kamu harus ngelayanin mereka sampai mereka beres, gimana hayo? Masih mau gabung sama kita?”
Tidak bisa ku bayangkan bagaimana sakit hatinya melihat pacar sendiri yang kucintai tiba tiba selingkuh dengan orang lain didepan mataku sendiri, dan aku harus melayaninya. Tapi justru aku malah terangsang dan excited dengan hal itu.
“Jadi gimana? Jenna sudah siap bergabung dengan para cucky direstaurant ini?”
Aku menandatangani surat perjanjian tersebut dan memberikannya pada Sisca, “Siap bu, eh kak Sisca.”
Sisca mengambil surat perjanjian tersebut dan memberikan selamat kepadaku, “Selamat bergabung dengan Cucky bar and resto, kamu sudah boleh pulang, jangan lupa istirahat biar besok kamu siap bekerja.”
Aku menunggu sesuatu dan tidak beranjak dari kursiku.
“Mau sekarang?” Aku mengangguk “Ckckckc udah ga sabar kayanya ya, ya sudah buka pakaian kamu, kakak ambilin dulu.”
Aku berdiri dan melepaskan celanaku, dan Sisca sibuk mencari chastity yang cocok denganku, saat dia kembali membawa chastity belt dan sebuah bra yang juga terbuat dari bahan stainless steal, lalu dia berkata, “Loh, lepas pakaiannya say, bugil maksudnya.”
“Loh kak sampai bugil? Ta,, tapi barusan kakak..”
Belum sempat menyelesaikan kalimat, Sisca menaruh barang barang tersebut diatas meja dan melepas kancing kamejanya, terlihat dia memakai sebuah bra dari bahan metal dan tidak memakai dalaman lagi, lalu dia juga kembali mengangkat roknya dan memperlihatkan chastity nya lagi.
“Nih lihat, kamu lihat ada pakaian dalam ga?”
“Oh iya benar ka. ya udah deh.”
Untuk pertama kalinya aku bugil dihadapan orang lain selain orang tua dan pacaraku sendiri. Terlihatlah memekku yang bersih, putih, dan mulus, tidak ada bulu bulu diatasnya, lalu toketku yang berukuran 34C yang masih padat, bulat, mulus, dan tiada cacat, Sisca juga menyuruhku untuk memperlihatkan pantatku bulat dan padatku, pacarku bahkan sering memujinya, terlihat dimatanya kalau dia takjub dengan tubuhku.
Sisca mendekatiku, menyentuh dan meraba tubuhku, “Kamu yakin sayang, body sexy dan sempurna kaya gini mau ditutupin?” aku menjawabnya dengan mengambil chastity dan bra tersebut lalu memakainya pada tubuhku.
(cklek, cklek) “Yakin kak Sisca.” Aku mengunci chastity dan bh tersebut.
Sisca menyentuh dan meraba memekku dan berkata “Sshh,, sabar ya mek, kamu ga kan ngerasa keenakan sampai batas waktu yang gatau kapan.”
Saat Kak Sisca meraba memekku, aku sama sekali tidak bisa merasakan apapun, begitu pula saat dia melakukannya pada toketku. “Sshh,, hahh,, ga kerasa apa apa kak.”
“Ya emang itu yang selama ini kakak rasakan sayang, ga ngerasa apapun, cuma rangsangan yang ga kan pernah tersalurkan
(Sisca memperlihatkan aku dua buah kunci) jadi gimana sayang? Kamu mau mundur? Atau mau ngerasain rangsangan yang ga ada batasannya? Kamu bakalan sange terus terusan sampai kamu frustasi loh? Gimana?”
Aku memakai kembali semua pakaianku kecuali pakaian dalamnya, dan berkata pada Sisca, “Siap kak, jujur aja aku ga sabar buat ngerasain frustasi karena rangsangan yang ga kan pernah tersalurkan.”
“Selamat ya sayang, kamu sudah resmi jadi staff disini tapi kamu belum resmi jadi cuckquean, soalnya kamu belum masuk ke test yang sebenarnya.”

Aku mengangguk, “Siap kak, terima kasih sudah mengajak aku jadi cuckquean kak, saya mohon bimbingan dan kerja samanya agar saya jadi cuckquean yang baik dan benar.”
Kami sama sama melempar senyum.
“Ya sudah. Jenna, selamat bergabung dengan perusahaan ini, dan ini kuncinya, silahkan pulang dan selamat beristirahat, besok kamu tunggu kamu jam 8 pagi, dengan pakaian serba hitam ya. Terima kasih.” Lalu aku mengambil 2 kunci tersebut lalu kita salaman dan aku meninggalkan ruangan beserta restaurant tersebut.
Akhirnya aku resmi menamatkan game pengangguran, kini saatnya aku fokus pada karir dan status baruku sebagai seorang cuckquean, aku tidak sabar memberitahukan pacarku, aku tidak sabar melihat ekspresinya ketika dia tahu bahwa mulai saat ini bagian sensitifku sudah tidak dapat lagi disentuh maupun dilihat siapapun, dan jujur aku pun tidak sabar untuk merangsang diriku sendiri dan tidak akan pernah dapat tersalurkan, karena setiap sebelum atau setelah tidur aku selalu tidak tahan ingin melakukan masturbasi, dan mulai hari ini, aku hanya akan masturbasi dengan meraba dan mengelus stainless steel dingin ini dari luar kemaluanku tanpa bisa merasakan apapun.​

EPISODE 2

DOWNLOAD VIDEO MESUM TERBARU